Senin, September 5

MEMO 44 13 Part 1

4 komentar
          “Jadi koordinator acara pepisahan ya, gak ada orang lain lagi ni”
          “Tapi...tapi…tapi nanti nilai gue gimana, katanya para koordinator acara tahunan ini suka mentok nilainya. Nilai gue yang sekarang ini udah mentok, apalagi kalau jadi koordinator acara, jadi gak nyampe malah” Keluh kesah Galang kepada Balma sang ketua acara yang sedari tadi membujuknya.
          “Elaaah…santai aja kali, daripada gak ada yang bisa dan mau jadi koordinator. Gue butuh koordinator acara yang asik, biar anggotanya asik, acaranya juga jadi asik. Ayo dong…Aqab udah gue tawarin, tapi dia gak mau. Lo aja ya…” Serang Balma dengan wajah yang sok seriusnya.
          “Yaudah deh, gak apa-apa. Mungkin ini bisa jadi motivasi buat belajar gue.” Galang menyerah dengan senyum di wajahnya yang sangat terpaksa.
          “Apa yang harus gue lakuin buat sekarang.”
          “Cari anggota cowo dan cewe, harus udah dapet minggu depan. Jangan ditunda lagi ya…Pleno tiga minggu lagi nie…”
          Mereka berjalan berdua. Mengobrol tentang acara persembahan mereka untuk kelas tiga yang akan lulus dari sini. Sambil menikmati sore di lingkungan sekolah Boarding mereka. Mega-mega oranye menghiasi kepulangan menuju asrama gedung Einsten. Asrama yang dihuni dua ratus orang siswa kelas sepuluh dan sebelas SMAIT Intelegensia Cakrawala. Terdiri dari empat orang di setiap kamarnya. Cat putih menempel di dindingnya hingga lantai tiga. Gedung itu tidak teralu ramai. Ditinggalkan oleh penghuninya yang pergi mencari ilimu. Terkadang gedung ini akan selalu sepi hingga bel jam setengah enam dibunyikan. Pertanda siswa harus bersiap untuk salat maghrib berjamaah di mesjid.
          Bibir Galang memble keluar, menikmati aliran air yang jatuh dari gayung diatas kepalanya. Kepenatan terasa raib oleh aliran itu. Otak yang panas setelah berpikir tadi siang saat ulangan matematika dan fisika, kini terdinginkan oleh suhu air yang rendah. Brrrr…ucapnya. Dia masih memikirkan semuanya tentang sekolah ini dan dirinya. Pelajaran yang banyak, organisasi yang ribet, makanan yang kurang banyak, guru yang aneh ngasih tugas, teman sepermainan, kamar mandi, Fredi yang menyebalkan, tergambarkan semuanya dalam nyanyian mandi sore yang galau dan fals.
          “Mengapaaaa…aku beginiiii…Jangan kaaaauuu…pertanyakaaaannn…”
          “Bila ku mandiii….kau juga mandiii…”
          “Apaan sih FREDI…Ngikut-ngikut!!!” Galang selalu tidak senang jika Fredi teman kamarnya yang menyebalkan, mengikutinya terus. Fredi memang selalu mengikuti Galang. Dia seperti nge-fans kepada teman sekamarnya ini.
@@@

          Allaaaahuakbar…Alaahuakbar…Qomat maghrib dikumandangkan. Baru saja Galang, Fredi, dan Aqab yang sekamar berangkat ke mesjid dengan terburu-buru.  Agar tidak terkena hukum push-up oleh satpol-PP. “Satuan penghukum orang-orang lambat-pol…pol”. Satpol PP ini dari OSIS. Orangnya lucu-lucu dan imut-imut. Para siswa tidak takut dengan mereka, tapi semua siswa sadar bahwa harus menegakkan hukum yang dibuat bersama. Sehingga tidak boleh telat satu rakaat pun untuk ke mesjid. Namun tiga orang ini dan beberapa lainnya, telat satu rakaat penuh. Saat salat pun mereka berkeringat dan ngos-ngosan, karena lari menjemput rukuk rakaat kedua. Dasar memang lambatnya pol-pol. Jangan ditiru…
          Waktu makan tiba. Para siswa pergi ke parasmanan yang biasa mereka tempati untuk makan pagi, siang, dan malam. Meja berjejer rapi. Satu Gedung ini muat untuk 500 orang. Satu meja bisa diduduki oleh sepuluh orang. Tapi satu kursinya hanya bisa satu orang. Ruangan ini penuh dengan siswa dan siswi. Siswa di sebelah kanan dan siswi di sebelah kiri gedung. Ditutupi oleh hijab yang tipis. Galang dan kawannya selalu duduk paling dekat dengan hijab tipis itu. Tidak seperti Fredi yang kadang jauh dari hijab dan duduk dengan kakak angkatnya disini. Kak Dulur namanya.
          “Eh…Akhru…kasih nama donk buat anak acara ini. Gue butuh empat orang cowo dan lima orang cewe.”
          “Mmmm…bentar..bentar. Euuu…mungkin si Ahmad, ketua kelas lo. Ato si Aqab temen sekamar lo. Gimana?”
          “Oh…ya..bagus juga deh, tapi gue butuh dua orang lagi, siapa ya. Gue butuh anak-anak yang asik dan enak dipandang. Biar nanti kakak Lunarisnya gak pada kabur. Kalau cewe siapa?. Gue gak terlalu kenal dan hafal cewe yang asik di angkatan kita. Juga yang enak dipandang tentunya. Hehehe…”
          “Mungkin, lo harus nyari koordinator cewenya dulu. Biar nanti milih ceweknya dia aja.”
          “Oh…ya…bener juga ya.”
          Galang mulai menyusun kawan kerjanya. Mulai dari yang cowok hingga yang cewek. Hari demi hari telah terlewati. Namun Galang sama sekali belum menarik temannya untuk menjadi anggota.
          “Waddduuuuhhh…gimana nie… dua minggu lagi Pleno. Balma…lo cariin koordinator cewenya ya…Tolong…!!!gue gak tau sifat aseli mereka.” Galang memindahkan pekerjaannya pada Balma. Galang memang sulit untuk mengenal cewek disini. Padahal mereka setiap hari bertemu di kelas dan OSIS Peraturan sekolah membatasi komunikasi antara ikhwan dan akhwat. Sehingga cukup sulit untuk Galang mengenali mereka. Galang pun bergegas mencari anggota cowoknya.
          “ Izzu, Ahmad, Aqab, Roy, dan Tria mau jadi anak acara gak?”
          “Gue mau deh. Hehehe…”
          “Terserah lo aja deh Lang.”
          “Oke deh, gue mau jadi anak acara. Makasih ya…lo udah mau jadi koord.nya”
          “Gue udah jadi bagian koordinator kostum Lang”
          “Bentar ah…gue masih males ni..”
          “Triaaaa…Ayo dong ikut berkontribusi buat acara angkatan kita. Lo jadi PLKP gak mau, jadi seksi properti gak mau…ditawarin jadi anak acara gak mau juga.? Ayo donk…ga ada orang lagi.”
          “Yaudah deh…gue mau.”
          Kawan kerja cowonya telah terpilih. Tinggal ceweknya yang dia serahkan koordinatornya kepada Balma. Galang pasrah terhadap siapapun yang jadi partnernya kelak. Dia percaya terhadap pilihan Balma.
          “Oke lang, gue udah dapet dan udah gue tawarin. Dia mau jadi koordinator acara. Namanya Ulfa. Dia kelas sepuluh empat. salah satu anggota IMTAQ OSIS.”
          “Kenapa lo milih dia?.”
          “Kata temennya dia asik dan tukang ngejayus, terus ga ada cewe asik lain yang mau jadi koordinator. Sebenarnya ada sih, Cuma entar lu…muntah lagi liat dia.”
          “Oh…si Medi ya…Gak ampe segitunya kali…lebay banget sih lo.”
          “Cepetan lang, lo cari anggota cewenya, lo sering tanya aja sama partner lo…”
          “Oke deh…”
          Koordinator cewek telah terpillih. Sejenak beban pikiran berkurang. Bernafas lega. Dingin AC melewati kepala Galang yang gondrong. Galang masih mencari nama di otaknya. Dia melihat cewek-cewek teman sekelasnya. Kerutan wajah di dahi Galang muncul seiringan dia melihat kawan-kawannya.
          “Kayaknya gue harus tanya Ulfa ni…”Gumamnya sendiri dalam kelas.
          Bel istirahat berbunyi. Menandakan saatnya para siswa keluar kelas untuk salat dzuhur berjamaah di mesjid. Sebelum ke mesjid, Galang bergegas ke depan kelas sepuluh empat. Bertemu dengan Ulfa.”
          “Eh…Ulfa…kamu udah ada nama buat anak acara yang belum bernama ini?”
          “Aku belum dapet nama yang pas sih, kalau kamu yang mau tentuin, gak apa-apa deh. Oh…ya Galang, nanti sore ada kumpul semua koordinator acara ini. Cowok-cewek di mesjid.”
          “Oh…yaudah atuh nanti aku dateng. Cari nama juga buat anak acara ceweknya ya…!”
          “Iya…insya allah.”
          Galang pergi menuju mesjid dengan langkah kakinya yang panjang. Kebiasaan jalannya jika dia jalan sendiri. Galang masih bercakap-cakap sendiri dengan otaknya. Mencari solusi atas permasalahan yang dia hadapi.
          “Koordinator ceweknya alim banget gak sih?”
          “Engga ah biasa aja, diakan anak IMTAQ OSIS.”Beginilah Galang bergumam sendiri dengan pikirannya.
          @@@
          Galang melempar tas sekolahnya diatas meja belajarnya di kamar 312 tempatnya. Mengganti pakaiannya dengan yang tipis. Galang duduk di kursi belajarnya, mengambil cermin lalu bercermin. Melihat wajahnya yang sudah mulai tua. Tapi masih sedikit berjerawat.
          “Waduh…kayaknya gue harus face off ni.”
          “Assalamualaikum.” Izzu masuk ke kamar. Biasanya dia mencari Fredi untuk dimintai makanannya  yang sekotak besar.
          “Waalaikum salam. Nyari siapa Zu? Fredi belum dateng, masih di Lab. Siswa lagi ngerjain tugas*.”
          “Oh…engga nyari Fredi sih, gue nyari makanannya. Eh Lang, gimana anggota ceweknya, udah dapet yang mantap-mantap?” Izzu nyengir melihat Galang yang sedah ngaca.
          “Belum nih Zu. Gue masih bingung si. Lo yang milih aja ya. Lo kan ganteng, jadi kalau lo yang nawarin, pasti pada mau.”
          “Yaudah deh, tar gue kasih nama-nama cewek buat lo. Empat orang doank kan? Pasti mantap-mantap pilihan gue mah lang.”
          “Iya deh, gue percaya.” Galang meminta bantuan kepada Izzu yang selalu semangat dengan urusan akhwat. Kadang Galang pun ikut-ikutan mengobrol dengan Izzu tentang hal-hal yang menyangkut keremajaan ini. Dasar anak muda!
          “Lo gak ngumpul koordinator di mesjid sama BPH?, tadi gue liat para koordinator kumpul di belakang mesjid.” Izzu mengingatkan.
          “OH yaaa… gue lupa kalo hari ini ada kumpul sama koordinator yang lain.” Galang langsung bergegas kembali mengganti bajunya. Berlari keluar kamar menuruni tangga dari lantai tiga. Dia tidak mau ketinggalan untuk pencarian nama ini.
          Di belakang mesjid telah duduk berkumpul para koordinator acara dan BPH acara. Sepertinya telah dimulai sejak tadi selesai salat ashar.
          “Sorry gue  telat. Gue lupa kalo ada kumpul.”
          “Yaudah gak apa-apa, kita kumpul disini untuk mencari tema serta nama untuk acara ini. Kalau bisa yang ada sangkut pautnya sama dua angkatan ini, Sillnova dan Lunaris. Ini adalah acara pertama yang dilakuin kelas sepuluh secara bersama-sama dalam setahun sekali buat bekal jadi OSIS tahun depan. Jadi jangan sampai acara ini gatot. Gagal Total.” Balma mulai menceramahi agar mereka semangat menjalani acara ini. Yang akan menyita waktu, dan akan menambah tugas di sekolah ini yang sudah padat dengan ekskul dan kegiatan akademik lainnya.
          Banyak ususlan bertebaran. Sebagai awal mencari nama, mereka akan mencari tema acara. Dimensi, angkasa, black, waktu, task, taman impian, ide-ide semua orang dikeluarkan dan dirundingkan untuk penentuan ini. Sangat alot! Wajah anak-anak ini terlihat serius. Laki-laki maupun perempuan memperhatikan temannya yang sedang mempresentasikan usulannya. Beberapa koordinator menahan dagunya oleh tangan-tangan. Yang lain duduk bersila, tengkurep, menyender ke tiang mesjid, menguap. Rasa capek yang bersumber dari kegiatan sekolah, begitu terlihat. Namun, mereka berusaha untuk tetap berkonsenterasi menjalankan kegiatan terakhir di sore ini.
          “Oke…mungkin hari ini kita ambil tiga tema dulu untuk selanjutnya diseleksi lagi. sementara ada tiga tema yaitu waktu, taman impian, dan task. Besok kita kumpul lagi, dan nanti setelah dari sini, jangan lupa tetap mencari nama unutk acara…”
          Bel setengah enam telah terdengar, bersamaan berakhirnya rapat. Para koordinator pun bubar dari mesjid. Berjalan bersamaan dengan siswa yang lain menuju gedung tempat masing-masing. Yang perempuan ke arah  timur, yang laki-laki ke arah utara. Gedung mereka terpisah oleh jarak yang jauh. Di batasi oleh kantor satpam dan juga taman yang rindang. Burung-burung kecil berterbangan mengitari Galang yang sedang berpikir dan mencari nama untuk anggota cewenya. Tapi tidak berpikir sekeras dulu, karena ada Izzu yang membantunya mencari.

4 Responses so far

  1. Langgin says:

    gak ada siapa-siapa...
    ngarang bae... hehehe.../\

  2. ditunggu oi lanjutannyaaa ^_^

  3. Langgin says:

    yup...
    klo ada waktu ... insya allah... aha

Labels