“Jadi koordinator acara pepisahan ya, gak ada orang lain
lagi ni”
“Tapi...tapi…tapi nanti nilai gue gimana, katanya para
koordinator acara tahunan ini suka mentok nilainya. Nilai gue yang sekarang ini
udah mentok, apalagi kalau jadi koordinator acara, jadi gak nyampe malah” Keluh
kesah Galang kepada Balma sang ketua acara yang sedari tadi membujuknya.
“Elaaah…santai aja kali, daripada gak ada yang bisa dan mau
jadi koordinator. Gue butuh koordinator acara yang asik, biar anggotanya asik,
acaranya juga jadi asik. Ayo dong…Aqab udah gue tawarin, tapi dia gak mau. Lo
aja ya…” Serang Balma dengan wajah yang sok seriusnya.
“Yaudah deh, gak apa-apa. Mungkin ini bisa jadi motivasi
buat belajar gue.” Galang menyerah dengan senyum di wajahnya yang sangat
terpaksa.
“Apa yang harus gue lakuin buat sekarang.”
“Cari anggota cowo dan cewe, harus udah dapet minggu depan.
Jangan ditunda lagi ya…Pleno tiga minggu lagi nie…”
Mereka berjalan berdua. Mengobrol tentang acara persembahan
mereka untuk kelas tiga yang akan lulus dari sini. Sambil menikmati sore di
lingkungan sekolah Boarding mereka. Mega-mega oranye menghiasi kepulangan menuju
asrama gedung Einsten. Asrama yang dihuni dua ratus orang siswa kelas sepuluh
dan sebelas SMAIT Intelegensia Cakrawala. Terdiri dari empat orang di setiap
kamarnya. Cat putih menempel di dindingnya hingga lantai tiga. Gedung itu tidak
teralu ramai. Ditinggalkan oleh penghuninya yang pergi mencari ilimu. Terkadang
gedung ini akan selalu sepi hingga bel jam setengah enam dibunyikan. Pertanda
siswa harus bersiap untuk salat maghrib berjamaah di mesjid.
Bibir Galang memble keluar, menikmati aliran air yang jatuh
dari gayung diatas kepalanya. Kepenatan terasa raib oleh aliran itu. Otak yang
panas setelah berpikir tadi siang saat ulangan matematika dan fisika, kini
terdinginkan oleh suhu air yang rendah. Brrrr…ucapnya. Dia masih memikirkan
semuanya tentang sekolah ini dan dirinya. Pelajaran yang banyak, organisasi yang
ribet, makanan yang kurang banyak, guru yang aneh ngasih tugas, teman
sepermainan, kamar mandi, Fredi yang menyebalkan, tergambarkan semuanya dalam
nyanyian mandi sore yang galau dan fals.
“Mengapaaaa…aku beginiiii…Jangan
kaaaauuu…pertanyakaaaannn…”
“Bila ku mandiii….kau juga mandiii…”
“Apaan sih FREDI…Ngikut-ngikut!!!” Galang selalu tidak
senang jika Fredi teman kamarnya yang menyebalkan, mengikutinya terus. Fredi
memang selalu mengikuti Galang. Dia seperti nge-fans kepada teman sekamarnya
ini.
@@@
Allaaaahuakbar…Alaahuakbar…Qomat maghrib dikumandangkan. Baru
saja Galang, Fredi, dan Aqab yang sekamar berangkat ke mesjid dengan terburu-buru.
Agar tidak terkena hukum push-up oleh
satpol-PP. “Satuan penghukum orang-orang lambat-pol…pol”. Satpol PP ini dari
OSIS. Orangnya lucu-lucu dan imut-imut. Para siswa tidak takut dengan mereka,
tapi semua siswa sadar bahwa harus menegakkan hukum yang dibuat bersama.
Sehingga tidak boleh telat satu rakaat pun untuk ke mesjid. Namun tiga orang
ini dan beberapa lainnya, telat satu rakaat penuh. Saat salat pun mereka
berkeringat dan ngos-ngosan, karena lari menjemput rukuk rakaat kedua. Dasar
memang lambatnya pol-pol. Jangan ditiru…
Waktu makan tiba. Para siswa pergi ke parasmanan yang biasa
mereka tempati untuk makan pagi, siang, dan malam. Meja berjejer rapi. Satu
Gedung ini muat untuk 500 orang. Satu meja bisa diduduki oleh sepuluh orang.
Tapi satu kursinya hanya bisa satu orang. Ruangan ini penuh dengan siswa dan
siswi. Siswa di sebelah kanan dan siswi di sebelah kiri gedung. Ditutupi oleh
hijab yang tipis. Galang dan kawannya selalu duduk paling dekat dengan hijab
tipis itu. Tidak seperti Fredi yang kadang jauh dari hijab dan duduk dengan
kakak angkatnya disini. Kak Dulur namanya.
“Eh…Akhru…kasih nama donk buat anak acara ini. Gue butuh
empat orang cowo dan lima orang cewe.”
“Mmmm…bentar..bentar. Euuu…mungkin si Ahmad, ketua kelas
lo. Ato si Aqab temen sekamar lo. Gimana?”
“Oh…ya..bagus juga deh, tapi gue butuh dua orang lagi,
siapa ya. Gue butuh anak-anak yang asik dan enak dipandang. Biar nanti kakak
Lunarisnya gak pada kabur. Kalau cewe siapa?. Gue gak terlalu kenal dan hafal
cewe yang asik di angkatan kita. Juga yang enak dipandang tentunya. Hehehe…”
“Mungkin, lo harus nyari koordinator cewenya dulu. Biar nanti
milih ceweknya dia aja.”
“Oh…ya…bener juga ya.”
Galang mulai menyusun kawan kerjanya. Mulai dari yang cowok
hingga yang cewek. Hari demi hari telah terlewati. Namun Galang sama sekali
belum menarik temannya untuk menjadi anggota.
“Waddduuuuhhh…gimana nie… dua minggu lagi Pleno. Balma…lo
cariin koordinator cewenya ya…Tolong…!!!gue gak tau sifat aseli mereka.” Galang
memindahkan pekerjaannya pada Balma. Galang memang sulit untuk mengenal cewek
disini. Padahal mereka setiap hari bertemu di kelas dan OSIS Peraturan sekolah
membatasi komunikasi antara ikhwan dan akhwat. Sehingga cukup sulit untuk
Galang mengenali mereka. Galang pun bergegas mencari anggota cowoknya.
“ Izzu, Ahmad, Aqab, Roy, dan Tria mau jadi anak acara
gak?”
“Gue mau deh. Hehehe…”
“Terserah lo aja deh Lang.”
“Oke deh, gue mau jadi anak acara. Makasih ya…lo udah mau
jadi koord.nya”
“Gue udah jadi bagian koordinator kostum Lang”
“Bentar ah…gue masih males ni..”
“Triaaaa…Ayo dong ikut berkontribusi buat acara angkatan
kita. Lo jadi PLKP gak mau, jadi seksi properti gak mau…ditawarin jadi anak
acara gak mau juga.? Ayo donk…ga ada orang lagi.”
“Yaudah deh…gue mau.”
Kawan kerja cowonya telah terpilih. Tinggal ceweknya yang
dia serahkan koordinatornya kepada Balma. Galang pasrah terhadap siapapun yang
jadi partnernya kelak. Dia percaya terhadap pilihan Balma.
“Oke lang, gue udah dapet dan udah gue tawarin. Dia mau
jadi koordinator acara. Namanya Ulfa. Dia kelas sepuluh empat. salah satu
anggota IMTAQ OSIS.”
“Kenapa lo milih dia?.”
“Kata temennya dia asik dan tukang ngejayus, terus ga ada
cewe asik lain yang mau jadi koordinator. Sebenarnya ada sih, Cuma entar
lu…muntah lagi liat dia.”
“Oh…si Medi ya…Gak ampe segitunya kali…lebay banget sih
lo.”
“Cepetan lang, lo cari anggota cewenya, lo sering tanya aja
sama partner lo…”
“Oke deh…”
Koordinator cewek telah terpillih. Sejenak beban pikiran
berkurang. Bernafas lega. Dingin AC melewati kepala Galang yang gondrong.
Galang masih mencari nama di otaknya. Dia melihat cewek-cewek teman sekelasnya.
Kerutan wajah di dahi Galang muncul seiringan dia melihat kawan-kawannya.
“Kayaknya gue harus tanya Ulfa ni…”Gumamnya sendiri dalam
kelas.
Bel istirahat berbunyi. Menandakan saatnya para siswa
keluar kelas untuk salat dzuhur berjamaah di mesjid. Sebelum ke mesjid, Galang
bergegas ke depan kelas sepuluh empat. Bertemu dengan Ulfa.”
“Eh…Ulfa…kamu udah ada nama buat anak acara yang belum
bernama ini?”
“Aku belum dapet nama yang pas sih, kalau kamu yang mau
tentuin, gak apa-apa deh. Oh…ya Galang, nanti sore ada kumpul semua koordinator
acara ini. Cowok-cewek di mesjid.”
“Oh…yaudah atuh nanti aku dateng. Cari nama juga buat anak
acara ceweknya ya…!”
“Iya…insya allah.”
Galang pergi menuju mesjid dengan langkah kakinya yang
panjang. Kebiasaan jalannya jika dia jalan sendiri. Galang masih bercakap-cakap
sendiri dengan otaknya. Mencari solusi atas permasalahan yang dia hadapi.
“Koordinator ceweknya alim banget gak sih?”
“Engga ah biasa aja, diakan anak IMTAQ OSIS.”Beginilah
Galang bergumam sendiri dengan pikirannya.
@@@
Galang melempar tas sekolahnya diatas meja belajarnya di
kamar 312 tempatnya. Mengganti pakaiannya dengan yang tipis. Galang duduk di
kursi belajarnya, mengambil cermin lalu bercermin. Melihat wajahnya yang sudah mulai
tua. Tapi masih sedikit berjerawat.
“Waduh…kayaknya gue harus face off ni.”
“Assalamualaikum.” Izzu masuk ke kamar. Biasanya dia
mencari Fredi untuk dimintai makanannya
yang sekotak besar.
“Waalaikum salam. Nyari siapa Zu? Fredi belum dateng, masih
di Lab. Siswa lagi ngerjain tugas*.”
“Oh…engga nyari Fredi sih, gue nyari makanannya. Eh Lang,
gimana anggota ceweknya, udah dapet yang mantap-mantap?” Izzu nyengir melihat
Galang yang sedah ngaca.
“Belum nih Zu. Gue masih bingung si. Lo yang milih aja ya.
Lo kan ganteng, jadi kalau lo yang nawarin, pasti pada mau.”
“Yaudah deh, tar gue kasih nama-nama cewek buat lo. Empat
orang doank kan? Pasti mantap-mantap pilihan gue mah lang.”
“Iya deh, gue percaya.” Galang meminta bantuan kepada Izzu
yang selalu semangat dengan urusan akhwat. Kadang Galang pun ikut-ikutan
mengobrol dengan Izzu tentang hal-hal yang menyangkut keremajaan ini. Dasar
anak muda!
“Lo gak ngumpul koordinator di mesjid sama BPH?, tadi gue
liat para koordinator kumpul di belakang mesjid.” Izzu mengingatkan.
“OH yaaa… gue lupa kalo hari ini ada kumpul sama
koordinator yang lain.” Galang langsung bergegas kembali mengganti bajunya.
Berlari keluar kamar menuruni tangga dari lantai tiga. Dia tidak mau
ketinggalan untuk pencarian nama ini.
Di belakang mesjid telah duduk berkumpul para koordinator
acara dan BPH acara. Sepertinya telah dimulai sejak tadi selesai salat ashar.
“Sorry gue telat.
Gue lupa kalo ada kumpul.”
“Yaudah gak apa-apa, kita kumpul disini untuk mencari tema
serta nama untuk acara ini. Kalau bisa yang ada sangkut pautnya sama dua
angkatan ini, Sillnova dan Lunaris. Ini adalah acara pertama yang dilakuin
kelas sepuluh secara bersama-sama dalam setahun sekali buat bekal jadi OSIS
tahun depan. Jadi jangan sampai acara ini gatot. Gagal Total.” Balma mulai
menceramahi agar mereka semangat menjalani acara ini. Yang akan menyita waktu,
dan akan menambah tugas di sekolah ini yang sudah padat dengan ekskul dan
kegiatan akademik lainnya.
Banyak ususlan bertebaran. Sebagai awal mencari nama, mereka
akan mencari tema acara. Dimensi, angkasa, black, waktu, task, taman impian,
ide-ide semua orang dikeluarkan dan dirundingkan untuk penentuan ini. Sangat
alot! Wajah anak-anak ini terlihat serius. Laki-laki maupun perempuan
memperhatikan temannya yang sedang mempresentasikan usulannya. Beberapa
koordinator menahan dagunya oleh tangan-tangan. Yang lain duduk bersila,
tengkurep, menyender ke tiang mesjid, menguap. Rasa capek yang bersumber dari
kegiatan sekolah, begitu terlihat. Namun, mereka berusaha untuk tetap
berkonsenterasi menjalankan kegiatan terakhir di sore ini.
“Oke…mungkin
hari ini kita ambil tiga tema dulu untuk selanjutnya diseleksi lagi. sementara
ada tiga tema yaitu waktu, taman impian, dan task. Besok kita kumpul lagi, dan
nanti setelah dari sini, jangan lupa tetap mencari nama unutk acara…”
Bel setengah enam telah terdengar, bersamaan berakhirnya
rapat. Para koordinator pun bubar dari mesjid. Berjalan bersamaan dengan siswa
yang lain menuju gedung tempat masing-masing. Yang perempuan ke arah timur, yang laki-laki ke arah utara. Gedung
mereka terpisah oleh jarak yang jauh. Di batasi oleh kantor satpam dan juga
taman yang rindang. Burung-burung kecil berterbangan mengitari Galang yang
sedang berpikir dan mencari nama untuk anggota cewenya. Tapi tidak berpikir
sekeras dulu, karena ada Izzu yang membantunya mencari.
Galang Medi-nya siapa? ~.~
gak ada siapa-siapa...
ngarang bae... hehehe.../\
ditunggu oi lanjutannyaaa ^_^
yup...
klo ada waktu ... insya allah... aha