Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah
organisasi pergerakan Naional yang berpaham Nasionalisme. Berjuang untuk bangsa
dengan beraktivitas di luar tanah air.
Perhimpunan Indonesia biasa disingkat PI
merupakan perhimpunan politik pelajar Indonesia di negeri Belanda yang berjuang
untuk kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan yang pada mulanya bernama Indosische
Vereniging merupakan organisasi sosial yang bertujuan memperhatikan kepentingan
bersama penduduk Hindia Beleanda di negeri Belanda. Lama kelamaan muncul
kepentingan politik di kalangan mereka dan akhirnya corak perhimpunan ini
berubah menjadi corak politik.
Seusai perang dunia I tahun 1918, pelajar
dan mahasiswa Indonesia di Belanda makin banyak. Perasaan nasionalisme dan
antikolonialisme serta anti imperialisme di kalangan mereka semakin menonjol,
sehingga dalam Indische Vereniging muncul dua kelompok. Yang pertama kelompok
moderat, dipimpin oleh seorang Indonesia yang terkenal sebagai penyair dalam
bahasa Belanda, Noto Suroto. Mereka kemudian mendirikan organisasi bernama
Nederlands-Indonesische-Verbond dengan tujuan tetap memelihara hubungan Hindia
Belanda dengan Belanda. Kelompok kedua yang bersifat progresif, mempunyai
tujuan politik ke arah Indonesia Merdeka. Lebih-lebih sejak adanya seruan
Presiden Amerika Woddrow Wilson tentang hak kemerdekaan bangsa-bangsa dan
bangkitnya seluruh bangsa terjajah di Asia dan Afrika menuntut kemerdekaan,
kesadaran tentang hak bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan
merdeka dari penjajahan semakin kuat.
Sejalan dengan perkembangan ini, pada tahun
1922, Indische Vereniging berubah nama menjadi Indonesische Vereniging. Bahkan
sejak tahun 1925, di samping nama Indonesische Vereniging, juga digunakan nama
perhimpunan Indonesia, dan lama kelamaan tinggal nama perhimpunan Indonesia
saja yang digunakan. Dengan demikian, Perhimpunan Indonesia semakin tegas
bergerak di bidang politik. Asas perhimpunan Indonesia adalah “mengusahakan suatu pemerintahan untuk
Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia, dan hal ini
hanya dapat dicapai oleh bangsa Indonesia, tidak pertolongan apapun”. Untuk
mempercepat tercapainya tujuan ini, segala jenis perpecahan harus dihindarkan.
Meskipun pada hari itu Volksraad telah dibentuk,
pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab kepada Volksraad, melainkan
kepada pemerintah Nederland. Dengan Demikian, jelas bahwa Perhimpunan Indonesia menuntut
Volksraad diganti dengan parlemen yang sebenarnya, sehingga pemerintah
bertanggung jawab kepada parlemen Indonesia.
Sejak tahun 1923, Perhimpunan Indonesia
aktif berjuang untuk tujuan yang diinginkan, dan sejak tahun ini pula,
perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesische Verbond van Stunderenden, suatu
perkumpulan gabungan organisasi mahasiswa Indonesia, Belanda, Indo Belanda dan
peranakan Cina yang berorientasi pada Indonesia dalam satu kerja sama, karena
dianggap tidak perlu lagi. Pada tahun ini pula Perhimpunan Indonesaia menerbitkan sebuah buku yang menggemparkan
kolonialis Belanda, berjudul Gedenkboek 1908-1923
Indonesische Vereneging. Majalah
bulanan Hindia Putra yang diterbitkan
sejak tahun 1916 kemudian diubah menjadi Indonesia
Merdeka.
Politik Perhimpunan Indonesia makin
bergeser ke arah perjuangan kemerdekaan Indonesia terutama sejak datangnya dua
meahasiswa yang kemudian menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, yakni Ahmad
Subarjo pada tahun 1919 dan Mohammad Hatta pada tahun 1921. Pada permulaan
tahun 1925 disusunlah suatu anggaran dasar baru yang merupakan penegasan tujuan
Perhimpunan Indonesia, yakni tercapainya kemerdekaan Indonesia. Ditegaskan
dalam anggaran dasar baru ini bahwa kemerdekaan penuh bagi Indonesia hanya akan
diperoleh dengan aksi bersama yang dilakukan serentak oleh seluruh kaum
nasionalis dan berdasarkan kekuatan sendiri. Untuk itu sangat diperlukan
kekompakan seluruh rakyat.
Sementara itu, kegiatan Perhimpunan
Indonesia meningkat menjadi non-kooperatif dengan meninggalkan sikap kerja sama
dengan kaum penjajah. Di tingkat nasional, Perhimpunan Indonesia berusaha agar
masalah Indonesia mendapatkan perhatian dunia. Mereka membina hubungan dengan
beberapa organisasi internasional, seperti komintern, Liga Penentang
Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang di bentuk di Jerman, dan mengikuti
kongres-kongres internasional yang bersifat humanis. Dalam kongres ke-6 Liga
Demokrasi Internasional yang diadakan di Paris pada bulan Agustus 1926,
Mohammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan Indonesia.
Kejadian ini menyebabkan pemerintah Belanda mencurigai Perhimpunan Indonesia.
Kecuriagaan ini makin bertambah ketika Mohammad Hatta, atas nama Perhimpunan
Indonesia, menandatangani suatu perjanjian (rahasia) dengan Semaun pada bulan
Desember 1926 yang isinya menyatakan
bahwa PKI mengakui kepemimpinan Perhimpunan
Indonesia dan bersedia bekerja sama menghidupkan perjuangan kebangsaan rakyat
Indonesia di bawah kepemimpinan Perhimpunan Indonesia.
Dalam kongres ke-1 Liga Penetang
Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussels pada bulan Februari 1927 yang
dihadiri antara lain oleh wakil pergerakan negeri-negeri terjajah, Perhimpunan
Indonesia atas nama PPPKI di Indonesia juga mengirimkan wakilnya, yang terdiri
atas Mohammad Hatta, Nazir Pamoncak, Gatot dan Ahmad Subarjo. Kongres antara
lain mengambil keputusan: (1) Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada
pergerakan kemerdekaan Indonesia dan akan menyokong usaha tersebut dengan
segala daya; (2) Menuntut dengan keras kepada pemerintah Belanda agar
memberikan kebebasan bekeja untuk pergerakan rakyat Indonesia dan menghapus
hukuman pembuangan dan hukuman mati.
Dalam kongres keduan yang diadakan di
Brussels pada 1927, Perhimpunan Indonesia juga ikut, dan keputusan yang diambil
mengenai masalah Indonesia sebenarnya merupakan ulangan keputusan kongres pada
bulan Februari sebelumnya. Akan tetapi setelah liga didominasi oleh golongan
komunis, Perhimpunan Indonesia segera keluar dari liga.
Propaganda selalu dilancarkan oleh
Perhimpunan Indonesia. Makin lama makin keras. Karena itu, pemerintah Belanda
mengambil tindakan keras pula terhadap Perhimpunan Indonesia. Pada bulan Juli
1927dilancarkan penggeledahan di beberapa rumah kediaman pengurus Perhimpunan
Indonesia kemudian dituduh menghasut umum untuk mengadakan pemberontakan
terhadap pemerintah, dan pada tanggal 10 Juni 1927 empat anggota pimpinannya
yakni Mohammad Hatta, Abdulmajid Djojoadiningrat, Nazir Pamoncak, dan Ali
Sastromidjojo, ditangkap dan ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun dalam
pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Haag, mereka dibebaskan dari tuduhan
karena tidak terbukti bersalah.
Di masa krisis dunia tahun 1930,
Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama makin tidak terdengar
lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia
yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdeka dilarang masuk ke Indonesia.
Di Lingkungan pergerakan Indonesia sendiri,
pengaruh Perhimpunan Indonesia cukup besar antara lain terhadap berbagai
pembentukan stidieclub, seperti Indonesische Studieclub di Surabaya, Algmene Studieclub di Bandung,
studieclub-studieclub di Yogyakarta, Jakarta, Solo, dan sebagainya. Selain itu,
Perhimpuan Indonesia secara langsung mengilhami berdirinya Partai Nasional
Indonesia (PNI) pada tahun 1927, Jong Indonesische pada tahun 1927, Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926.
Sumber : Ensiklopedi Nasional Indonesia, Buku
Sejarah 2 SMA kelas XI program IPA Penertbit Yudhistira.
Sarekat Islam adalah organisasi yang
berjuang untuk Indonesia. Mencoba mempertahankan dan memperjuangkan paham Pan
Islamisme yang selalu diusik oleh lawannya dan penyusup.
Sarekat Islam adalah suatu organisasi
pergerakan nasional di kalangan kaum muslimin, yang berkembang sebagai
organisasi massa rakyat Indonesia yang pertama. Organisasi ini bermula dari
Sarekat dagang Islam yang didirikan di Solo oleh H Samanhudi pada akhir tahun
1911. Setelah mengalami masa kejayaannya tahun 1916 sampai 1921, organisasi ini
sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, karena adanya penetrasi dari kaum
Marxis dan perpecahan organisasi akibat
perbedaan pandangan politik diantara pemimpin-pemimpin organisasi.
Sarekat Dagang Islam mula-mula didirikan oleh kalangan
pedagang batik di desa Lawehan, Solo. Persaingan di bidang batik yang makin
meningkat antara pedagang pribumi dan pedagang Cina, dan sikap superioritas
orang Cina terhadap orang Indonesia setelah berhasilnya Revolusi Cina tahun
1911, mendorong pedagang-pedagang batik pribumi menghimpun diri. Selain karena
alasan diatas, pedagang batik Solo juga merasakan tekanan dari bangsawan
setempat. Atas kepeloporan H Samanhudi, saudagar batik dari Lawehan, Solo, dan
dukungan R.M. Tirtoadisuryo,seorang
wartawan yang pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Jakerta
(1909) dan di Bogor (1911), didirikanlah Sarekat Dagang Islam.
Anggaran dasar pertama tertanggal 11
November 1911 dirumuskan oleh R.M. Tirtiadisuryo. Tujuan organisasi menurut
anggaran dasar adalah; berikhtiar meningkatkan persaudaraan diantara anggota,
dan tolong menolong dikalangan kaum Muslimin; berusaha meningkatkan derajat
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta kebebasan Negeri. Organisasi ini berhasil
meluas sampai masyarakat bawah. Hal ini
membuat pihak pengusaha khawatir, lebih-lebih setelah kegiatan para
anggota di Solo meningkat tanpa dapat diawasi oleh pengurus setempat. Kerusuhan
meningkat dan perkelahian yang melibatkan orang Cina kerap terjadi. Pemogokan
dilancarkan oelh pekerja di perkebunan Krapyak di Mangkunegaran. Pihak penguasa
menganggap hal ini disebabkan oleh Sarekat Dagang Islam. Oleh sebab itu, pada
awal agustus 1912, residen Surakarta segera membekukan organisasi ini, SDI dilarang
menerima anggota baru dan mnegadakan rapat-rapat. Penggeledahan terhadap
tokoh-tokoh organisasi dilakukan, tetapi tidak menemukan bukti-bukti bahwa Sdi
memang berbahaya. Pada tanggal 26 Agustus 1912, pembekuan ini dicabut dengan
syarta bahwa anggaran dasar organisasi ini diubah, dan organisasi ini terbatas di daerah
Surakarta saja. Sekalipun demikian, tetapi anggota SDI terus bertambah, tidak
saja di Surakarta tetapi di daerah lain di Jawa.
Sementara itu di lingkungan organisasi
muncul pemimpin baru yakni H. Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto. Tanpa
memperhatikan persyaratan yang dituntu Residen, Tjokroaminoto menyusun anggaran
baru: organisasi ini dinyatakan meliputi seluruh Indonesia, dan kata “dagang”
dihapuskan. H. Samanhudi diangkat menjadi ketua Sarekat Islam (SI), dan
Tjokroaminoto Komisaris. Anggaran dasar organisasi ini disahkan dengan akta di
Surabaya pada tanggal 1912, dan segera diajukan kepada pemerintah guna
mendapatkan persetujuan.
Dilihat dari anggaran dasar yang bar, SI
bertujuan mengembangkan jiwa dagang, menberi bantuan kepada anggita yang
menderita kesukaran, memajukan perngajaran dan memajukan semua yang dapat
mengangkat derajat warga pribumi, menentang pendapat-pendapat keliru tentang
Islam. Tujuan politik tidak disinggung-singgung dalam anggaran dasar ini. Akan
tetapi dalam kenyataannya, seluruh kegiatan SI tidak lain adalah daripada untuk
mencapai suatu tujuan kenegaraan. Keadilan dan kebenaran selalu diperjuangkan
dengan gigih oleh organisasi, misalnya terhadap praktik-praktik penindasan dari
pemerintah. Dalam kongresnya yang pertama pada bulan Januari 1913, Kegiatan SI
bersifat menyeluruh kepada segenap pelosok tanah air. Dalam kongres ditetapkan
wilayah SI dibagi tiga bagian, Wilayah Jawa Barat yakni Jawa Barat, Sumatra dan pulau-pulau daerah
Sumatra, wilayah jawa Tengah yang meliputi Jawa Tengah dan Kalimantan, wilayah
Jawa Timur yang meliputi Jawa Timur, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa dan
pulau-pulau lainnya di wilayah Indonesia Timur. Cabang-cabang SI ini berada di
bawah pengawasan SI pusat di Surakarta, yang dikertuai oleh H. Samanhudi.
Pemerinatah Hindia Belanda sangat
berhati-hati menghadapi situasi yang demikian hidup dan mengandung unsur-unsur
Revolusioner ini. Pemerintah akhirnya
menolak memberikan pengakuan terhadap SI pusat, dan hanya memberikan pengakuan
terhadap SI lokal. Sampai tahun 1914 ada 56 SO lokal ayng diakui badan
hukumnya. Keputusan ini tentu saja mempengaruhi struktur organisasi SI.
Struktur pusat dan cabang yang ditetapkan dalam kongren tidak dapat diterapkan.
Jalan keluar dicari, persyaratan dari pemerintah dipenuhi, tetapi juaga
dikembangkan kerja sama antara SI lokal. Untuk itu, dalam suatu pertemuan di
yogyakarta pada tanggal 18 Februari 1914 diputuskan untuk membuat pengurus
sentral.
Pada tahun 1915 didirikanlah Central
Sarekat Islam (CSI) berkedudukan di Surabaya, yang tujuannya memajukan,
membantu, dan memelihara kerja sama antara SI lokal. Pengurus CSI terdiri atas
H. Samanhudi sebagai ketua kehormatan, Tjokroaminoto sebagai ketua, dan Gunawan
sebagi wakil ketua. Semua SI lokal merupakan anggota CSI. Pada tanggal 19 Maret
1916, CSI ini baru diakui pemerintah dengan syarat wajib mengawasi
tindakan-tindakan pengurus dan SI lokal. Snebtara itu, jumlah anggota dan
cabang SI terus berkembang dengan pesat, dan SI menjadi organisasi massa yang
pengaruhnya sangat terasa dalam kehidupan politik Indonesia. Pada tahun 1916,
cabang SI lokal di sleuruh Indonesia
berjumlah 181 cabang, dengan anggota seluruhnya 700.000 orang. Jumlah
cabang yang mengikuti kongres tahun ini sebanyak 75 cabang. Sebagai
perbandingan, Budi Utomo di masa kejayaannya tahun 1909 hanya memiliki anggota
10.000 orang.
Pada periode stelah 1916, wawasan SI adalah
wawasan nasional yang bertujuan terbentuknya suatu bangsa. Inilah sebabnya
sejak tahun 1916 ini kongres tahunan SI disebut kongres Nasional. Dalam kongres
Nasional SI pertama tahun 1916, berhasil dirumuskan sifat politik SI, yang
kemudian disahkan pada kongres Nasional partai yang kedua tahun 1917. Isi pokok
politik organisasi, antara lain, mengharapkan hancurnya kapitalisme yang jahat
dan memperjuangkan agar rakyat pada akhirnya nanti dapat melaksanakan
pemerintahan sendiri.
Sejalan dengan perkembangan SI yang sangat
pesat, orang-orang sosialis yang tergabung dalam ISDV (Indische Sociaal
Democratische Vereneging) seperti Sneevliet, P. Bergsma, H.W. Dekker berusaha
memanfaatkan SI sebagai jembatan ISDV kepada massa rakyat Indonesia. Dengan
menggunakan taktik infiltrasi, orang-orang sosialis ini berhasil menyusup ke
tubuh SI, dan menyebarkan paham Marxis di lingkungan anggota SI. Dalam satu
tahun, Sneevliet dan kawan-kawannya telah memiliki pengaruh yang cukuup kuat di
kalangan anggota SI. Keadaan buruk akibat perang Dunia I, panen padi yang
jelelk, serta ketidakpuasan buruh perkebunan terhadap upah ayng rendah merupakan isu-isu yang menguntungkan bagi
propaganda mereka. Selain itu, CSI sebagai koordinator SI lokal masih lemah dan
kondisi kepartaian pada waktu itu memungkinkan seseorang sekaligus menjadi
anggota beberapa partai. Ini semua memudahkan mereka melakukan Infiltrasi ke
tubuh SI. Banyak anggota SI yang ditarik menjadi anggota ISDV. BahkanSneevliat
berhasil menarik beberapa pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang
terpenting adalah Semaun dan Darsono. Mereka berdua tahun 1916 menjadi SI
cabang Surabaya. Semaun kemudian pindah ke Semarang, dan menjadi pemimpin SI
Semarang, yang sebelumya memang telah menerima banyak pengaruh dari Sneevliet.
Semarang sendiri merupakan tempat pertama kali ISDV didirikan tahun1914. Dengan
usaha Semaun yang gigih, SI Semarang mengalami perkembangan peesat. Pada tahun
1916 anggotang sudah 1700 orang, dan tahun1917 berjumlah 20.000 orang.
Semaun, Darsono dan kawan-kawannya, yang
berorientasi Marxistis, senantiasa melancarkan oposisi terhadap kepemimpinan
Tjokroaminoto. SI Semarang tidak hanya menyerang pemerintah dan kapitalis
asing, tapi juga menyerang CSI. Hal ini menimbulkan krisis kepemimpinan dalam
organisasi SI. Sementara pertentangan antara pendukung paham islam dan
pendukung paham Marxis terus bergolak. CSI melihat munculnya kesulitan-kesulitan dengan SI Semarang adalah
akibat keterlibatan ISDV. Oleh sebab itu, dalam kongres SI bulan Oktober 1917,
organisasi memutuskan segala hubungan organisasi dengan ISDV.
Pertentangan tentang haluan politik partai
telah muncul dalam kongres Nasional kedua tahun 1917. Ditegaskan dalam kongres
bahwa tujuan perjuangan organisasi adalah terwujudnya pemerintahan sendiri, dan
menentang segala bentuk penghisapan oleh kapitalis. Akan tetapi terdapat dua
pendirian yang saling bertentangan. Abdul Muis dan H. Agus Salim berpendirian
bahwa untuk mencapai tujuan organisasi perlu ditempuh dengan cara-cara yang
legal. Sementara Semaun dan Darsono, berpendirian bahwa apabila ingin mencapai
apa yang dicita-citakan, organisasi harus meninggalkan segala bentuk kerja sama
dengan pemerintah. Dalam pembahasan Volkskraad yang akan dibentuk pemerintah,
pertentangan diantara kedua kubu inipun terjadi. Abdul Muis menganggap
Volkskraad sebagai langkah untuk mendirikan dewan perwakilan yang sebenarnya,
dan dengan ikut dalam volkskraad, SI dapat membela kepentingan rakyat. Semaun
berpendirian lain. Volkskraad baginya hanyalah akal kaum kapitalis untuk
mengelabui rakyat jelata guna memperoleh keuntungan yang lebih besar. Abdul
Muis dan kawan kawan lebih mendapat dukungan, dan diputuskan bahwa SI tetap
bergerak melalui jalan legal,dan ikut berpartisipasi dalam Volkskraad. SI
kemudian ikut dalam musyawarah Komite Nasional tahun 1917 tentang pemilihan
anggota-anggota Indonesia untuk Volkskraad yang akan dibentuk. H.O.S.
Tjokroaminoto akhirnya diangakat oleh pemerintah menjadi anggota Volkskraad
setelah volkskraad dibentuk tahun 1918. Sementara itu, abdul Muis menjadi
anggota volkskraad yang terpilih.
Pertentangan antara kubu Abdul Muis dan Kubu
Semaun ini terjadi dalam hal Indie Weerbar Actie (aksi Ketahanan Hindia).
Terjadi perbedaan yang tajam antara mereka, tidak hanya pertikaian antara dua
kubu, tetapi meluas sampai masalah-masalah pribadi. Pertikakaian ini kmeudian
diselesainkan secara resmi dalam kongres Nasional SI di Surabaya pada tahun
1918 bulan Oktober dengan keduanya membatasi setiap pertentangan yang muncul.
Akan tetpai usaha tersebut juga tidak mampu menjembatani kedua kubu ini.
H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis
menjadikan Volkskraad sebagai forum untuk mengemukakan tuntunan-tuntunan partai
seperti yang diputuskan dalam kongres. Keduanya bekerja sama dengan wakil-wakil
lain yang sehaluan dalamm fraksi Radicale Concentratie dengan maksud
mempercepat realisasi badan perwakilan sesungguhnya. Akan tetapi masalah
pertisipasi partai di Volkskraad menghangat kembali setelah penolakan dewan
atas morsi partai unutk mengurangi luas tanah yang dipergunakan untuk penanaman
tembakau. Beberapa pemimpin SI yang pada mulanya menyetujui partisipasi partai
dalam volkskraad mulai mempersoalkan perlu dan tidaknya partisipasi ini.
Sosrodarsono, sekretaris CSI, menuntut agar Tjokroaminoto dan Abdul Muis
meninggalkan dewan. Sikap Si terhadap volkskraad kemudian berubah sama sekali.
H. Agus Salim yang semula sangat mendukung SI dalam volkskraad mencap bahwa
volkskraad tidak lebih dari “komedi kosong”, demikian juga Indiee Weerbaar
Actie. SI mulai bersikap lebih radikal. Jika pada tahun 1915-1916an semboyan SI
masih “kerjasama dengan pemerintah untuk kepentingan Hindia”, pada tahun 1918
semboyan ini berubah menjadi menentang pemerintah dan kapitalis yang jahat.
Dalam Kongres Nasional di Surabaya tahun 1918, yang dihadiri oleh 87 SI lokal,
pemerintah jajahan dikecam dengan hebat. Pemerintah dituduh hanya melindungi
kepentingan kapitalis tanpa menghiraukan nasib rakyat kecil. Pegawai-pegawai
pemerintah pribumi dicap sebagai alat penyokong kapitalis. SI menuntut
perbaikan syarat-syarat perburuhan, adanya pemerintahan sendiri, adanya
undang-undang kepemilikan, hak angket dan interpelasi volkskraad, perwakilan
yang seimbang, dsb.
Sejalan dengan perubahan haluan politik SI
ke arah non kooperasi, golongan marxis mendapatkan jabatan di dalam tubuh CSI.
Sehingga mereka memiliki pengaruh yang semakin kuat. Pada kongres Nasional di
Surabaya tahun 1918, Darsono, Prawoto Sudibyo dan Semaun mendapatkan kursi di
CSI yang baru. Walaupun H.O.S tjokroaminoto dan abdul Muis masih menjabat
sebagai presiden dan wakil presiden. Kepengurusan dari kaum marxis tersebut
merupakan sebuah kemajuan besar bagi golongan itu. Pada Kongres Nasional SI
tahun 1919 masalah kelas sedang menghangat. Dalam kongres disusun serikat buruh
dan dibentuk vaksentraal buruh. Kemudian semuanya dibuktikan dengan berdirinya
PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh) pada 15 Desember 1919.
Pemebentukan serikat ini menimbulkan
persaingan antara Abdul Muis, H. Agus Salim dan kawan-kawan dengan Semaun,
Darsono dan kawan-kawan. Kedua pihak menginginkan menguasai PKBB tersebut.
Suryopranoto sebagai wakil presiden PPKB ingin memindahkan pusat PPKB dari
Semarang ke Yogyakarta. Semaun menuduh hal ini sebagai usaha untuk menghapuskan
kaum komunis. Kedua belah pihak saling mnegecam. Pada tahun 1921 bulan Juni
Semaun menyatakan PKBB bubar dan diganti dengan Revolutionare Vakcentrale, nama
yang sebelumnya diusahakan oleh Komunis saat penamaan PPKB. Pembubaran ini tidak diakui oleh Suryopranoto, dalam rapat
yang diadakan bulan Juli 1921 ditegaskan bahwa PPKB masih berlanjut.
Pada tahun ini SI berada di puncak
kejayaan. Dengan memiliki jutaan anggota. Namun di tahun ini juga merupakan
titik balik perkembangan SI. Pertentangan, pertikaian, perbedaan ideologi
menjadi corak yang dalam kubu SI kini. Masalah-masalah tersebut membuat
keretakan dalam hubungan organisasi. Dalam kongres Istimewa bulan Maret tahun
1921 yang diselenggarakan di Yogyakarta dilakukan penyusunan tafsir baru,
antara lain mengenai kompromi antara kelompok yang bertikai. Walaupun demikian,
orang yang terpengaruh ISDV selalu menjadi Oposisi kebijakan yang dilakukan oleh
SI. Ini menimbulkan kebencian terhadap kaum komunis yang mendorong SI untuk
mengeluarkan golongan komunis dari tubuh SI. Dalam kongres di Surabaya pada
bulan Oktober tahun itu juga dibahas mengenai disiplin partai. Diputuskan bahwa
anggota SI dilarang untuk memiliki organisasi ganda. Mereka harus memilih atau
keluar dari SI. Beberapa SI lokal menentangnya, seperti dari Salatiga,
Semarang, Sukabumi dan Bandung. Akan tetapi suara terbanyak menyetujui disiplin
partai tersebut. Maka dari itu anggota SI menyusut. Anggota yang terpengaruh
ISDV keluar dari SI. Untuk menggairahkan kembali organisasi, maka SI mulai
bergerak ke arahh keagamaan. Dibentuklah Komite Kongres Al Islam bersama dengan
Muhammadiyah dengan mencoba menyebarkan paham Pan Islamisme. Hubungan dengan
gerakan islam di luar negri segera diusahakan.
Kepercayaan partai kepada pemerintah
perlahan menurun, lalu lenyap dengan segera. Sehingga organisasi benar-benar
bersifat non kooperatif. Penahanan Tjokroaminoto oleh pemerintah selama kurang
lebih tujuh bulan dari 1921-1922 karena tuduhan keterlibatan dengan gerakan SI
afdeeling B di Jabar, menghilangkan kesediaan partai untuk patuh pada
pemerintah.
Dikalangan SI muncul gagasan untuk
melakukan reorganisasi. Susunan organisasi lama dianggap sudah tidak cocok.
Juga dapat membahayakan kepemimpinan organisasi. SI lokal dapat bergerak lebih
bebas dibandingkan CSI yang bertanggung jawab atas tindakan SI lokal. Maka
dalam kongres ketujuh bulan Februari 1923 dibahas kemungkinan SI untuk mundur
dari volkskraad. Dalam kongres ini pula diputuskan akan adanya reorganisasi. SI
akhirnya diubah menjadi Partai Sarekat Islam.
Sebelum beranjak jauh, ISDV merupakan
sebuah organisasi atau partai yang ada di Indonesia yang berpaham Sosialis.
Seiring dengan berjalannya waktu, partai ini berhaluan menjadi partai yang
berpaham komunis dan terlahirlah PKI. Cerita antara ISDV dengan PKI disini
digabungkan. Karena PKI berakar dari ISDV itu sendiri. Untuk lebih jelasnya
dapat membaca uraian ini.
Paham Marxisme datang ke Indonesia pada
masa sebelum perang dunia pertama. Dibawa oleh pemimpin buruh Belanda bernama H.J.F.M
Sneevliet. Pada tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet dengan orang sosialis
lainnnya seperti J.A. Brandsteder, H.W. Dekker dan P.Bregma berhasil
mendirikan indischee Sociaal-demokratische Vereniging (ISDV).
Perkembangan ISDV sangat lambat sehingga mereka bersekutu dengan Insulinde,
namun tidak memenuhi sasaran dan tujuan dari ISDV sehingga bubar dari
Insulinde.
Kemudian mereka bersekutu dengan SI atau
sarekat Islam . Sneevliet berhasil menyusup dan melakukan Infiltrasi ke dalam
kubu SI dengan cara saling bertukar keanggotaan antara SI dengan ISDV. . Dalam
beberapa tahun saja Sneevliet berhasil memberikan pengaruh ke dalam kubu SI.
Langkah selanjutnya pada tahun 1916
Sneevliet menjadikan pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV seperti Semaun dan
Darsono. Semaun berhasil mengembangkan
jumlah keanggotaan SI Semarang menjadi 1700
orang pada tahun 1916 dan 20.000 orang setelah setahun setelahnya.
Karena Orientasinya yang Marxis di bawah pengaruh ISDV, mereka Berseberangan
dengan CSI (Central Sarekat Islam) yang dipimpin oleh H.O.S
Cokroaminoto.
Pada saat Revolusi Bolsyewick di
Rusia pada tahun 1917, ISDV telah bersih dari unsur Moderat dan mulai pada
sifat yang komunistis. Kemenangan Bolsyewik mendirikan negara komunis mendorong
Baars untuk menyerukan negara Hindia Belanda untuk mengikuti jejak yang
ada.
Pada Tahun 1917, ISDV mengerahkan pelaut
Belanda untuk mengumpulkan 3000 orang untuk melakukan gerakan ISDV. Yaitu
demonstrasi. Sehingga memicu bentrokan dengan polisi pemerintah. Sementara itu
partai moderat mendesak pemerintah agar menggantikan Volksrad dengan
parlemen pilihan rakyat.
Krisis tersebut segera mereda setelah
Gubernur Jenderal van Limburg stirum menjanjikan akan mengadakan
perubahan yang luas. Setelah semua terkendali, pemerintah kolonial segera
mengambil tindakan keras. Anggota militer yang indisipliner dihukum berat.
Sneevliet diusir, sedangkan Darsono Abdul Muis, dan beberapa pemimpin
Indonesia lainnya ditangkap. ISDV pun menjadi Depresi.
Tahun 1919 merupakan tahun yang sulit bagi
ISDV. Karena pemimpin mereka banyak yang ditangkap. Disisi lain Pada tahun
1918, Darsono diangkat sebagai propagandis resmi SI dan Semaun diangkat sebagai
Komisaris wilayah Jawa Tengah. Di dalam
SI Semaun dan Darsono berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya agar SI menjadi
lebih radikal.
Social Democratische Arbeideispartij (SDAP) di Belanda mengumumkan dirinya sebagai Partai Komunis
Belanda (CPN), para anggota ISDV dari golongan Eropa mengusulkan untuk
megnikuti jejak itu. Sehingga pada 23 Mei tahun 1920 ISDV mengubah namanya
menjadi Peserikatan Komunis Indonesia Hindia, kemudian pada bulan
desember tahun 1920 diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia.Dalam
nama tersebut Semaun menjadi ketua, Darsono sebagai wakil, Bergsma sebagai
sekretaris dan Sugono sebagai anggota pengurus.
Komintern didirikan pada tahun 1919 yang
pengaruhnya terasa di Indonesia. Komintern banyak sekali terjadi kegagalan dalam merencanakan program komunisnya di
Asia. Sehingga Lenin menyatakan bahwa untuk Asia garis politik komintern harus
bekerja sama dengan kaum borjuis nasional (kaum terpelajar yang memimpin
pergerakan Nasional) dan menggunakan organisasi rakyat terjajah. Kemudian pada
tahun 1920 PKI bergabung dengan
Komintern.
Di SI sendiri mulai terjadi perpecahan
karena adanya perbedaan tujuan dan taktik perjuangan antara golonangan kiri dan
kanan. Pemimpin di golongan kiri adalah Semaun, Alimin dan Darsono. Sedangkan
kubu kanan yang berpusat di Yogyakarta dipimpin oleh Abdul Muis, Agus Salim dan
Suryoranoto. Golongan kiri kemudian mendirikan Revolutionnaire Vak-centrale
(RVC) dan berkedudukan di Semarang.
Di dalam kongres SI tanggal 6-10 Oktober
1921 pertentangan semakin memuncak. Agus
Salim dan Abdul Muis mendesak agar segera dilakukan disiplin partai yaitu
melarang keanggotaan rangkap. Namun Tan Malaka meminta agar peraturan disiplin
partai itu tidak diterapkan bagi PKI karena perjuangan islam sejak awal telah
bersama-sama komunis. Maka disiplin partai diterima di dalam kongres dengan
suara mayoritas, sehingga langkah awal untuk mengakhiri penyusupan PKI kedalam
tubuh SI berhasil.
Pada tahun 1922 terjadi pemogokan secara
besar-besaran yang melibatkan PKI dan SI. Sehingga Abdul Muis, tan Malaka dan
bergsma ditangkap dan diasingkan sehingga muncul kekosongan kepemimpinan pada
tubuh PKI. Semaun segera mengambil alih kepemimpinan dalam PKI. Ia berusaha
memperbaiki hubungan dengan SI. Akan tetapi usaha tersebut gagal. Karena pada
bulan Februari tahun 1923 di Maidun Cokroaminito mempertegas aturan disiplin
Partai.
PKI kemudian menggerakan kubu SI-Merah
untuk menandingi SI-Putih yang dipimpin oleh Cokroaminoto. Pada kongres
PKI pada bulan Maret tahun 1923 diputuskan untuk mendirikan SI-Merah ditempat
yang terdapat SI-Putih. Untuk membedakan dengan lawannya maka golongan
kiri dalam SI mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat pada bulan Paril
tahun 1924. Mulai saat itu pendidikan komunis dilakukan secara intensif.
PKI tumbuh menjadi partai politik dengan
jumlah masa yang besar. Akan tetapi jumlah anggota intinya sedikit sehinggan
kurang dapat mengontrol dan menanam disiplin kepada anggotanya. Akibatnya pada
akhir tahun 1924 beberapa cabang Sarekat Rakyat di daerah-daerah menjalankan
aksi terornya sendiri-sendiri. Hal itu menyebabkan munculnya anti komunis di
masyarakat islam dan menimbulkan tindakan tegas dari pemerintah Belanda. Pada
Desember 1924 di Yogyakarta para pemimpin PKI berinisiatif untuk melebur
sarekat rakyat dalam PKI.
PKI telah menempatkan diri sebagai partai
yang besar sehingga PKI merasa kuat untuk melakukan pemberontakan pada tahun
1926. Pemberontakan dirancang oleh Sarjono, Budi Suciarto dan Sugono.
Tokoh lain seperti Tan Malaka tidak
menyetujui pemberintakan tersebut, namun Alimin dan kawan-kawannya tetap
meneruskan persiapan tersebut.
Pemberontaan meletus pada bulan November
1926 di Batavia. Disusul tindak kekerasan di Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa
Timur. Dalam satu hari pemberontakan di Batavia dapat diredam dan dalam satu m
minggu pemberontakan di seluruh jawa dapat dihentikan. Di sumatra,
pemberontakan meletus pada tanggal 1
Januari tahun 1927, namun dalam tiga
hari pemberontakan ini dapat dihentikan. Akhirnya puluhan ribu pengikut PKI
ditangkap dan dipenjarakan. Ada juga yang dibuang ke daerah lain seperti Papua,
Tanah Merah dan Digul Atas. Sejak pemberontakan itu, organisasi pergerakan
nasional Indonesia merasakan akibatnya. Mereka mengalami penindasan oleh
pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak dapat bergerak.
Hampir sepuluh tahun kemudian komintern
mengirimkan Musso pada bulan paril 1935. Dengan bantuan Joko Sujono, Pamuji dan
Achmad Sumadi mendirikan PKI Illegal. Musso dikirimkan untuk menjalankan
kebijakan baru yang bernama Doktrin Dmitrov. Georgi Dmitrov adalah
sekretaris jenderal Komintern tahun 1935-1945. Isi doktrin adalah gerakan
komunis harus bekerja sama dengan kekuatan manapun juga. Sehubungan dengan
doktrin tersebut, Musso beranggapan bahwa pemerintah kolonial dapat melunakan
sikapnya terhadap kaum Komunis Indonesia. Tetapi harapan itu tidak terealisasi
sampai Jepang datang ke Indonesia.
Bahkan, pada tahun 1936 Musso sudah meninggalkan indonesia lagi.
Akhirnya kegiatan komunis Indonesia kemudian disalurkan melalui Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo) yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin.
Ringkasan PKI
Partai Komunis Indonesia. Hingga 1923 bernama
Perserikatan Komunis di Hindia. Organisasi ini dipimpin oleh Semaun,
Darsono Bergsma dan H.W Dekker yang dibentuk pada tahun 1920 dengan jalan
mereorganisasikan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV). Akhir
Desember 1920 bergabung dengan Komintern untuk melaksanakan aksi revolusioner
dengan mengadakan pemogokan, agitasi dan sebagainya. Melakukan agitasi pada
tahun 1923 dalam sarekat islam, sarekat Islam Merah Sarekat Rakyat dan
Lain-lain. Pada 1926 PKI mengadakan pemberontakan pada pemerintah kolonial
Belanda, tetapi gagal. Selanjutnya PKI dilarang. Setelah 1926-1927 PKI hanya
bergerak dibawah tanah. Pada tahun 1935 didirikan PKI Illegal yang didirikan
oleh Musso.
Sumber: Ensiklopedi Indonesia, Buku Sejarah
2 SMA kelas XI program IPA Penertbit Yudhistira.
Ini terusan dari edisi sebelumnya.
Mengingatkan saja agar menggunakan musik klasik sesuai dengan yang
telah ditentukan.
Berikut merupakan daftar musik klasik
yang biasa digunakan. Musik-musik klasik tidak dapat digunakan setiap
waktu. Tiap musik memiliki jadwal pemutarannya. Tergantung pada
kondisi tubuh kita. Jadi cermat-cermat menggunakan musik klasik.
Salah-salah malah gak dapat yang diinginkan.
Ini terusan dari edisi sebelumnya.
Mengingatkan saja agar menggunakan musik klasik sesuai dengan yang
telah ditentukan.
Berikut merupakan daftar musik klasik
yang biasa digunakan. Musik-musik klasik tidak dapat digunakan setiap
waktu. Tiap musik memiliki jadwal pemutarannya. Tergantung pada
kondisi tubuh kita. Jadi cermat-cermat menggunakan musik klasik.
Salah-salah malah gak dapat yang diinginkan.
Selamat Menikmati!!!
Bayi dalam kandungan
J.S Bach Flute Sonatas
Beethoven Piano Concerto No. 5
(movement kedua)
Brahms Lullaby
Humperdinck “Children's Prayer”
from Hansel and Greetel