Rabu, Maret 28

Perhimpunan Indonesia yang Nasionalisme

0 komentar

Para Tokoh Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah organisasi pergerakan Naional yang berpaham Nasionalisme. Berjuang untuk bangsa dengan beraktivitas di luar tanah air.

Perhimpunan Indonesia biasa disingkat PI merupakan perhimpunan politik pelajar Indonesia di negeri Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan yang pada mulanya bernama Indosische Vereniging merupakan organisasi sosial yang bertujuan memperhatikan kepentingan bersama penduduk Hindia Beleanda di negeri Belanda. Lama kelamaan muncul kepentingan politik di kalangan mereka dan akhirnya corak perhimpunan ini berubah menjadi corak politik.

Seusai perang dunia I tahun 1918, pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda makin banyak. Perasaan nasionalisme dan antikolonialisme serta anti imperialisme di kalangan mereka semakin menonjol, sehingga dalam Indische Vereniging muncul dua kelompok. Yang pertama kelompok moderat, dipimpin oleh seorang Indonesia yang terkenal sebagai penyair dalam bahasa Belanda, Noto Suroto. Mereka kemudian mendirikan organisasi bernama Nederlands-Indonesische-Verbond dengan tujuan tetap memelihara hubungan Hindia Belanda dengan Belanda. Kelompok kedua yang bersifat progresif, mempunyai tujuan politik ke arah Indonesia Merdeka. Lebih-lebih sejak adanya seruan Presiden Amerika Woddrow Wilson tentang hak kemerdekaan bangsa-bangsa dan bangkitnya seluruh bangsa terjajah di Asia dan Afrika menuntut kemerdekaan, kesadaran tentang hak bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan merdeka dari penjajahan semakin kuat.

Sejalan dengan perkembangan ini, pada tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama menjadi Indonesische Vereniging. Bahkan sejak tahun 1925, di samping nama Indonesische Vereniging, juga digunakan nama perhimpunan Indonesia, dan lama kelamaan tinggal nama perhimpunan Indonesia saja yang digunakan. Dengan demikian, Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak di bidang politik. Asas perhimpunan Indonesia adalah “mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia, dan hal ini hanya dapat dicapai oleh bangsa Indonesia, tidak pertolongan apapun”. Untuk mempercepat tercapainya tujuan ini, segala jenis perpecahan harus dihindarkan.

Meskipun pada hari itu Volksraad telah dibentuk, pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab kepada Volksraad, melainkan kepada pemerintah Nederland. Dengan Demikian, jelas  bahwa Perhimpunan Indonesia menuntut Volksraad diganti dengan parlemen yang sebenarnya, sehingga pemerintah bertanggung jawab kepada parlemen Indonesia.

Sejak tahun 1923, Perhimpunan Indonesia aktif berjuang untuk tujuan yang diinginkan, dan sejak tahun ini pula, perhimpunan Indonesia keluar dari Indonesische Verbond van Stunderenden, suatu perkumpulan gabungan organisasi mahasiswa Indonesia, Belanda, Indo Belanda dan peranakan Cina yang berorientasi pada Indonesia dalam satu kerja sama, karena dianggap tidak perlu lagi. Pada tahun ini pula Perhimpunan Indonesaia  menerbitkan sebuah buku yang menggemparkan kolonialis Belanda, berjudul Gedenkboek 1908-1923 Indonesische Vereneging. Majalah bulanan Hindia Putra yang diterbitkan sejak tahun 1916 kemudian diubah menjadi Indonesia Merdeka.

Politik Perhimpunan Indonesia makin bergeser ke arah perjuangan kemerdekaan Indonesia terutama sejak datangnya dua meahasiswa yang kemudian menjadi ketua Perhimpunan Indonesia, yakni Ahmad Subarjo pada tahun 1919 dan Mohammad Hatta pada tahun 1921. Pada permulaan tahun 1925 disusunlah suatu anggaran dasar baru yang merupakan penegasan tujuan Perhimpunan Indonesia, yakni tercapainya kemerdekaan Indonesia. Ditegaskan dalam anggaran dasar baru ini bahwa kemerdekaan penuh bagi Indonesia hanya akan diperoleh dengan aksi bersama yang dilakukan serentak oleh seluruh kaum nasionalis dan berdasarkan kekuatan sendiri. Untuk itu sangat diperlukan kekompakan seluruh rakyat.

Sementara itu, kegiatan Perhimpunan Indonesia meningkat menjadi non-kooperatif dengan meninggalkan sikap kerja sama dengan kaum penjajah. Di tingkat nasional, Perhimpunan Indonesia berusaha agar masalah Indonesia mendapatkan perhatian dunia. Mereka membina hubungan dengan beberapa organisasi internasional, seperti komintern, Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang di bentuk di Jerman, dan mengikuti kongres-kongres internasional yang bersifat humanis. Dalam kongres ke-6 Liga Demokrasi Internasional yang diadakan di Paris pada bulan Agustus 1926, Mohammad Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk kemerdekaan Indonesia. Kejadian ini menyebabkan pemerintah Belanda mencurigai Perhimpunan Indonesia. Kecuriagaan ini makin bertambah ketika Mohammad Hatta, atas nama Perhimpunan Indonesia, menandatangani suatu perjanjian (rahasia) dengan Semaun pada bulan Desember 1926 yang isinya  menyatakan bahwa PKI mengakui kepemimpinan  Perhimpunan Indonesia dan bersedia bekerja sama menghidupkan perjuangan kebangsaan rakyat Indonesia di bawah kepemimpinan Perhimpunan Indonesia.

Dalam kongres ke-1 Liga Penetang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussels pada bulan Februari 1927 yang dihadiri antara lain oleh wakil pergerakan negeri-negeri terjajah, Perhimpunan Indonesia atas nama PPPKI di Indonesia juga mengirimkan wakilnya, yang terdiri atas Mohammad Hatta, Nazir Pamoncak, Gatot dan Ahmad Subarjo. Kongres antara lain mengambil keputusan: (1) Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada pergerakan kemerdekaan Indonesia dan akan menyokong usaha tersebut dengan segala daya; (2) Menuntut dengan keras kepada pemerintah Belanda agar memberikan kebebasan bekeja untuk pergerakan rakyat Indonesia dan menghapus hukuman pembuangan dan hukuman mati.

Dalam kongres keduan yang diadakan di Brussels pada 1927, Perhimpunan Indonesia juga ikut, dan keputusan yang diambil mengenai masalah Indonesia sebenarnya merupakan ulangan keputusan kongres pada bulan Februari sebelumnya. Akan tetapi setelah liga didominasi oleh golongan komunis, Perhimpunan Indonesia segera keluar dari liga.

Propaganda selalu dilancarkan oleh Perhimpunan Indonesia. Makin lama makin keras. Karena itu, pemerintah Belanda mengambil tindakan keras pula terhadap Perhimpunan Indonesia. Pada bulan Juli 1927dilancarkan penggeledahan di beberapa rumah kediaman pengurus Perhimpunan Indonesia kemudian dituduh menghasut umum untuk mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah, dan pada tanggal 10 Juni 1927 empat anggota pimpinannya yakni Mohammad Hatta, Abdulmajid Djojoadiningrat, Nazir Pamoncak, dan Ali Sastromidjojo, ditangkap dan ditahan sampai tanggal 8 Maret 1928. Namun dalam pengadilan tanggal 22 Maret 1928 di Den Haag, mereka dibebaskan dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah.

Di masa krisis dunia tahun 1930, Perhimpunan Indonesia mengalami kemunduran dan makin lama makin tidak terdengar lagi. Hal ini disebabkan terutama oleh banyaknya tokoh Perhimpunan Indonesia yang kembali ke Indonesia. Sejak tahun 1930 juga, majalah Indonesia merdeka dilarang masuk ke Indonesia.

Di Lingkungan pergerakan Indonesia sendiri, pengaruh Perhimpunan Indonesia cukup besar antara lain terhadap berbagai pembentukan stidieclub, seperti Indonesische Studieclub di Surabaya,  Algmene Studieclub di Bandung, studieclub-studieclub di Yogyakarta, Jakarta, Solo, dan sebagainya. Selain itu, Perhimpuan Indonesia secara langsung mengilhami berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927, Jong Indonesische pada tahun 1927, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun 1926.

Sumber : Ensiklopedi Nasional Indonesia, Buku Sejarah 2 SMA kelas XI program IPA Penertbit Yudhistira.

Continue reading →

Sarekat Islam dalam Mempertahankan dan Memperjuangkan Paham dan Kemerdekaan

1 komentar
H.O.S. Cokroaminoto merupakan salah satu tokoh SI


Sarekat Islam adalah organisasi yang berjuang untuk Indonesia. Mencoba mempertahankan dan memperjuangkan paham Pan Islamisme yang selalu diusik oleh lawannya dan penyusup.

Sarekat Islam adalah suatu organisasi pergerakan nasional di kalangan kaum muslimin, yang berkembang sebagai organisasi massa rakyat Indonesia yang pertama. Organisasi ini bermula dari Sarekat dagang Islam yang didirikan di Solo oleh H Samanhudi pada akhir tahun 1911. Setelah mengalami masa kejayaannya tahun 1916 sampai 1921, organisasi ini sedikit demi sedikit mengalami kemunduran, karena adanya penetrasi dari kaum Marxis dan perpecahan organisasi akibat  perbedaan pandangan politik diantara pemimpin-pemimpin organisasi.

Sarekat Dagang  Islam mula-mula didirikan oleh kalangan pedagang batik di desa Lawehan, Solo. Persaingan di bidang batik yang makin meningkat antara pedagang pribumi dan pedagang Cina, dan sikap superioritas orang Cina terhadap orang Indonesia setelah berhasilnya Revolusi Cina tahun 1911, mendorong pedagang-pedagang batik pribumi menghimpun diri. Selain karena alasan diatas, pedagang batik Solo juga merasakan tekanan dari bangsawan setempat. Atas kepeloporan H Samanhudi, saudagar batik dari Lawehan, Solo, dan dukungan R.M. Tirtoadisuryo,seorang  wartawan yang pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Jakerta (1909) dan di Bogor (1911), didirikanlah Sarekat Dagang Islam.

Anggaran dasar pertama tertanggal 11 November 1911 dirumuskan oleh R.M. Tirtiadisuryo. Tujuan organisasi menurut anggaran dasar adalah; berikhtiar meningkatkan persaudaraan diantara anggota, dan tolong menolong dikalangan kaum Muslimin; berusaha meningkatkan derajat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta kebebasan Negeri. Organisasi ini berhasil meluas sampai masyarakat bawah. Hal ini  membuat pihak pengusaha khawatir, lebih-lebih setelah kegiatan para anggota di Solo meningkat tanpa dapat diawasi oleh pengurus setempat. Kerusuhan meningkat dan perkelahian yang melibatkan orang Cina kerap terjadi. Pemogokan dilancarkan oelh pekerja di perkebunan Krapyak di Mangkunegaran. Pihak penguasa menganggap hal ini disebabkan oleh Sarekat Dagang Islam. Oleh sebab itu, pada awal agustus 1912, residen Surakarta segera membekukan organisasi ini, SDI dilarang menerima anggota baru dan mnegadakan rapat-rapat. Penggeledahan terhadap tokoh-tokoh organisasi dilakukan, tetapi tidak menemukan bukti-bukti bahwa Sdi memang berbahaya. Pada tanggal 26 Agustus 1912, pembekuan ini dicabut dengan syarta bahwa anggaran dasar organisasi ini diubah,  dan organisasi ini terbatas di daerah Surakarta saja. Sekalipun demikian, tetapi anggota SDI terus bertambah, tidak saja di Surakarta tetapi di daerah lain di Jawa.

Sementara itu di lingkungan organisasi muncul pemimpin baru yakni H. Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto. Tanpa memperhatikan persyaratan yang dituntu Residen, Tjokroaminoto menyusun anggaran baru: organisasi ini dinyatakan meliputi seluruh Indonesia, dan kata “dagang” dihapuskan. H. Samanhudi diangkat menjadi ketua Sarekat Islam (SI), dan Tjokroaminoto Komisaris. Anggaran dasar organisasi ini disahkan dengan akta di Surabaya pada tanggal 1912, dan segera diajukan kepada pemerintah guna mendapatkan persetujuan.

Dilihat dari anggaran dasar yang bar, SI bertujuan mengembangkan jiwa dagang, menberi bantuan kepada anggita yang menderita kesukaran, memajukan perngajaran dan memajukan semua yang dapat mengangkat derajat warga pribumi, menentang pendapat-pendapat keliru tentang Islam. Tujuan politik tidak disinggung-singgung dalam anggaran dasar ini. Akan tetapi dalam kenyataannya, seluruh kegiatan SI tidak lain adalah daripada untuk mencapai suatu tujuan kenegaraan. Keadilan dan kebenaran selalu diperjuangkan dengan gigih oleh organisasi, misalnya terhadap praktik-praktik penindasan dari pemerintah. Dalam kongresnya yang pertama pada bulan Januari 1913, Kegiatan SI bersifat menyeluruh kepada segenap pelosok tanah air. Dalam kongres ditetapkan wilayah SI dibagi tiga bagian, Wilayah Jawa Barat yakni  Jawa Barat, Sumatra dan pulau-pulau daerah Sumatra, wilayah jawa Tengah yang meliputi Jawa Tengah dan Kalimantan, wilayah Jawa Timur yang meliputi Jawa Timur, Sulawesi, Bali, Lombok, Sumbawa dan pulau-pulau lainnya di wilayah Indonesia Timur. Cabang-cabang SI ini berada di bawah pengawasan SI pusat di Surakarta, yang dikertuai oleh H. Samanhudi.

Pemerinatah Hindia Belanda sangat berhati-hati menghadapi situasi yang demikian hidup dan mengandung unsur-unsur Revolusioner  ini. Pemerintah akhirnya menolak memberikan pengakuan terhadap SI pusat, dan hanya memberikan pengakuan terhadap SI lokal. Sampai tahun 1914 ada 56 SO lokal ayng diakui badan hukumnya. Keputusan ini tentu saja mempengaruhi struktur organisasi SI. Struktur pusat dan cabang yang ditetapkan dalam kongren tidak dapat diterapkan. Jalan keluar dicari, persyaratan dari pemerintah dipenuhi, tetapi juaga dikembangkan kerja sama antara SI lokal. Untuk itu, dalam suatu pertemuan di yogyakarta pada tanggal 18 Februari 1914 diputuskan untuk membuat pengurus sentral.

Pada tahun 1915 didirikanlah Central Sarekat Islam (CSI) berkedudukan di Surabaya, yang tujuannya memajukan, membantu, dan memelihara kerja sama antara SI lokal. Pengurus CSI terdiri atas H. Samanhudi sebagai ketua kehormatan, Tjokroaminoto sebagai ketua, dan Gunawan sebagi wakil ketua. Semua SI lokal merupakan anggota CSI. Pada tanggal 19 Maret 1916, CSI ini baru diakui pemerintah dengan syarat wajib mengawasi tindakan-tindakan pengurus dan SI lokal. Snebtara itu, jumlah anggota dan cabang SI terus berkembang dengan pesat, dan SI menjadi organisasi massa yang pengaruhnya sangat terasa dalam kehidupan politik Indonesia. Pada tahun 1916, cabang SI lokal di sleuruh Indonesia  berjumlah 181 cabang, dengan anggota seluruhnya 700.000 orang. Jumlah cabang yang mengikuti kongres tahun ini sebanyak 75 cabang. Sebagai perbandingan, Budi Utomo di masa kejayaannya tahun 1909 hanya memiliki anggota 10.000 orang.

Pada periode stelah 1916, wawasan SI adalah wawasan nasional yang bertujuan terbentuknya suatu bangsa. Inilah sebabnya sejak tahun 1916 ini kongres tahunan SI disebut kongres Nasional. Dalam kongres Nasional SI pertama tahun 1916, berhasil dirumuskan sifat politik SI, yang kemudian disahkan pada kongres Nasional partai yang kedua tahun 1917. Isi pokok politik organisasi, antara lain, mengharapkan hancurnya kapitalisme yang jahat dan memperjuangkan agar rakyat pada akhirnya nanti dapat melaksanakan pemerintahan sendiri.

Sejalan dengan perkembangan SI yang sangat pesat, orang-orang sosialis yang tergabung dalam ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereneging) seperti Sneevliet, P. Bergsma, H.W. Dekker berusaha memanfaatkan SI sebagai jembatan ISDV kepada massa rakyat Indonesia. Dengan menggunakan taktik infiltrasi, orang-orang sosialis ini berhasil menyusup ke tubuh SI, dan menyebarkan paham Marxis di lingkungan anggota SI. Dalam satu tahun, Sneevliet dan kawan-kawannya telah memiliki pengaruh yang cukuup kuat di kalangan anggota SI. Keadaan buruk akibat perang Dunia I, panen padi yang jelelk, serta ketidakpuasan buruh perkebunan terhadap upah ayng rendah  merupakan isu-isu yang menguntungkan bagi propaganda mereka. Selain itu, CSI sebagai koordinator SI lokal masih lemah dan kondisi kepartaian pada waktu itu memungkinkan seseorang sekaligus menjadi anggota beberapa partai. Ini semua memudahkan mereka melakukan Infiltrasi ke tubuh SI. Banyak anggota SI yang ditarik menjadi anggota ISDV. BahkanSneevliat berhasil menarik beberapa pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang terpenting adalah Semaun dan Darsono. Mereka berdua tahun 1916 menjadi SI cabang Surabaya. Semaun kemudian pindah ke Semarang, dan menjadi pemimpin SI Semarang, yang sebelumya memang telah menerima banyak pengaruh dari Sneevliet. Semarang sendiri merupakan tempat pertama kali ISDV didirikan tahun1914. Dengan usaha Semaun yang gigih, SI Semarang mengalami perkembangan peesat. Pada tahun 1916 anggotang sudah 1700 orang, dan tahun1917 berjumlah 20.000 orang.

Semaun, Darsono dan kawan-kawannya, yang berorientasi Marxistis, senantiasa melancarkan oposisi terhadap kepemimpinan Tjokroaminoto. SI Semarang tidak hanya menyerang pemerintah dan kapitalis asing, tapi juga menyerang CSI. Hal ini menimbulkan krisis kepemimpinan dalam organisasi SI. Sementara pertentangan antara pendukung paham islam dan pendukung paham Marxis terus bergolak. CSI melihat munculnya  kesulitan-kesulitan dengan SI Semarang adalah akibat keterlibatan ISDV. Oleh sebab itu, dalam kongres SI bulan Oktober 1917, organisasi memutuskan segala hubungan organisasi dengan ISDV.

Pertentangan tentang haluan politik partai telah muncul dalam kongres Nasional kedua tahun 1917. Ditegaskan dalam kongres bahwa tujuan perjuangan organisasi adalah terwujudnya pemerintahan sendiri, dan menentang segala bentuk penghisapan oleh kapitalis. Akan tetapi terdapat dua pendirian yang saling bertentangan. Abdul Muis dan H. Agus Salim berpendirian bahwa untuk mencapai tujuan organisasi perlu ditempuh dengan cara-cara yang legal. Sementara Semaun dan Darsono, berpendirian bahwa apabila ingin mencapai apa yang dicita-citakan, organisasi harus meninggalkan segala bentuk kerja sama dengan pemerintah. Dalam pembahasan Volkskraad yang akan dibentuk pemerintah, pertentangan diantara kedua kubu inipun terjadi. Abdul Muis menganggap Volkskraad sebagai langkah untuk mendirikan dewan perwakilan yang sebenarnya, dan dengan ikut dalam volkskraad, SI dapat membela kepentingan rakyat. Semaun berpendirian lain. Volkskraad baginya hanyalah akal kaum kapitalis untuk mengelabui rakyat jelata guna memperoleh keuntungan yang lebih besar. Abdul Muis dan kawan kawan lebih mendapat dukungan, dan diputuskan bahwa SI tetap bergerak melalui jalan legal,dan ikut berpartisipasi dalam Volkskraad. SI kemudian ikut dalam musyawarah Komite Nasional tahun 1917 tentang pemilihan anggota-anggota Indonesia untuk Volkskraad yang akan dibentuk. H.O.S. Tjokroaminoto akhirnya diangakat oleh pemerintah menjadi anggota Volkskraad setelah volkskraad dibentuk tahun 1918. Sementara itu, abdul Muis menjadi anggota volkskraad yang terpilih.

Pertentangan antara kubu Abdul Muis dan Kubu Semaun ini terjadi dalam hal Indie Weerbar Actie (aksi Ketahanan Hindia). Terjadi perbedaan yang tajam antara mereka, tidak hanya pertikaian antara dua kubu, tetapi meluas sampai masalah-masalah pribadi. Pertikakaian ini kmeudian diselesainkan secara resmi dalam kongres Nasional SI di Surabaya pada tahun 1918 bulan Oktober dengan keduanya membatasi setiap pertentangan yang muncul. Akan tetpai usaha tersebut juga tidak mampu menjembatani kedua kubu ini.

H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis menjadikan Volkskraad sebagai forum untuk mengemukakan tuntunan-tuntunan partai seperti yang diputuskan dalam kongres. Keduanya bekerja sama dengan wakil-wakil lain yang sehaluan dalamm fraksi Radicale Concentratie dengan maksud mempercepat realisasi badan perwakilan sesungguhnya. Akan tetapi masalah pertisipasi partai di Volkskraad menghangat kembali setelah penolakan dewan atas morsi partai unutk mengurangi luas tanah yang dipergunakan untuk penanaman tembakau. Beberapa pemimpin SI yang pada mulanya menyetujui partisipasi partai dalam volkskraad mulai mempersoalkan perlu dan tidaknya partisipasi ini. Sosrodarsono, sekretaris CSI, menuntut agar Tjokroaminoto dan Abdul Muis meninggalkan dewan. Sikap Si terhadap volkskraad kemudian berubah sama sekali. H. Agus Salim yang semula sangat mendukung SI dalam volkskraad mencap bahwa volkskraad tidak lebih dari “komedi kosong”, demikian juga Indiee Weerbaar Actie. SI mulai bersikap lebih radikal. Jika pada tahun 1915-1916an semboyan SI masih “kerjasama dengan pemerintah untuk kepentingan Hindia”, pada tahun 1918 semboyan ini berubah menjadi menentang pemerintah dan kapitalis yang jahat. Dalam Kongres Nasional di Surabaya tahun 1918, yang dihadiri oleh 87 SI lokal, pemerintah jajahan dikecam dengan hebat. Pemerintah dituduh hanya melindungi kepentingan kapitalis tanpa menghiraukan nasib rakyat kecil. Pegawai-pegawai pemerintah pribumi dicap sebagai alat penyokong kapitalis. SI menuntut perbaikan syarat-syarat perburuhan, adanya pemerintahan sendiri, adanya undang-undang kepemilikan, hak angket dan interpelasi volkskraad, perwakilan yang seimbang, dsb.

Sejalan dengan perubahan haluan politik SI ke arah non kooperasi, golongan marxis mendapatkan jabatan di dalam tubuh CSI. Sehingga mereka memiliki pengaruh yang semakin kuat. Pada kongres Nasional di Surabaya tahun 1918, Darsono, Prawoto Sudibyo dan Semaun mendapatkan kursi di CSI yang baru. Walaupun H.O.S tjokroaminoto dan abdul Muis masih menjabat sebagai presiden dan wakil presiden. Kepengurusan dari kaum marxis tersebut merupakan sebuah kemajuan besar bagi golongan itu. Pada Kongres Nasional SI tahun 1919 masalah kelas sedang menghangat. Dalam kongres disusun serikat buruh dan dibentuk vaksentraal buruh. Kemudian semuanya dibuktikan dengan berdirinya PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh) pada 15 Desember 1919.

Pemebentukan serikat ini menimbulkan persaingan antara Abdul Muis, H. Agus Salim dan kawan-kawan dengan Semaun, Darsono dan kawan-kawan. Kedua pihak menginginkan menguasai PKBB tersebut. Suryopranoto sebagai wakil presiden PPKB ingin memindahkan pusat PPKB dari Semarang ke Yogyakarta. Semaun menuduh hal ini sebagai usaha untuk menghapuskan kaum komunis. Kedua belah pihak saling mnegecam. Pada tahun 1921 bulan Juni Semaun menyatakan PKBB bubar dan diganti dengan Revolutionare Vakcentrale, nama yang sebelumnya diusahakan oleh Komunis saat penamaan PPKB. Pembubaran ini  tidak diakui oleh Suryopranoto, dalam rapat yang diadakan bulan Juli 1921 ditegaskan bahwa PPKB masih berlanjut.

Pada tahun ini SI berada di puncak kejayaan. Dengan memiliki jutaan anggota. Namun di tahun ini juga merupakan titik balik perkembangan SI. Pertentangan, pertikaian, perbedaan ideologi menjadi corak yang dalam kubu SI kini. Masalah-masalah tersebut membuat keretakan dalam hubungan organisasi. Dalam kongres Istimewa bulan Maret tahun 1921 yang diselenggarakan di Yogyakarta dilakukan penyusunan tafsir baru, antara lain mengenai kompromi antara kelompok yang bertikai. Walaupun demikian, orang yang terpengaruh ISDV selalu menjadi Oposisi kebijakan yang dilakukan oleh SI. Ini menimbulkan kebencian terhadap kaum komunis yang mendorong SI untuk mengeluarkan golongan komunis dari tubuh SI. Dalam kongres di Surabaya pada bulan Oktober tahun itu juga dibahas mengenai disiplin partai. Diputuskan bahwa anggota SI dilarang untuk memiliki organisasi ganda. Mereka harus memilih atau keluar dari SI. Beberapa SI lokal menentangnya, seperti dari Salatiga, Semarang, Sukabumi dan Bandung. Akan tetapi suara terbanyak menyetujui disiplin partai tersebut. Maka dari itu anggota SI menyusut. Anggota yang terpengaruh ISDV keluar dari SI. Untuk menggairahkan kembali organisasi, maka SI mulai bergerak ke arahh keagamaan. Dibentuklah Komite Kongres Al Islam bersama dengan Muhammadiyah dengan mencoba menyebarkan paham Pan Islamisme. Hubungan dengan gerakan islam di luar negri segera diusahakan.

Kepercayaan partai kepada pemerintah perlahan menurun, lalu lenyap dengan segera. Sehingga organisasi benar-benar bersifat non kooperatif. Penahanan Tjokroaminoto oleh pemerintah selama kurang lebih tujuh bulan dari 1921-1922 karena tuduhan keterlibatan dengan gerakan SI afdeeling B di Jabar, menghilangkan kesediaan partai untuk patuh pada pemerintah.

Dikalangan SI muncul gagasan untuk melakukan reorganisasi. Susunan organisasi lama dianggap sudah tidak cocok. Juga dapat membahayakan kepemimpinan organisasi. SI lokal dapat bergerak lebih bebas dibandingkan CSI yang bertanggung jawab atas tindakan SI lokal. Maka dalam kongres ketujuh bulan Februari 1923 dibahas kemungkinan SI untuk mundur dari volkskraad. Dalam kongres ini pula diputuskan akan adanya reorganisasi. SI akhirnya diubah menjadi Partai Sarekat Islam.

Sumber: Ensiklopedi Nasional Indonesia.
Continue reading →

Sosialis ISDV yang melahirkan PKI

0 komentar
Lambang Komunis, palu dan clurit

Sebelum beranjak jauh, ISDV merupakan sebuah organisasi atau partai yang ada di Indonesia yang berpaham Sosialis. Seiring dengan berjalannya waktu, partai ini berhaluan menjadi partai yang berpaham komunis dan terlahirlah PKI. Cerita antara ISDV dengan PKI disini digabungkan. Karena PKI berakar dari ISDV itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat membaca uraian ini.

Paham Marxisme datang ke Indonesia pada masa sebelum perang dunia pertama. Dibawa oleh pemimpin buruh Belanda bernama H.J.F.M Sneevliet. Pada tanggal 9 Mei 1914, Sneevliet dengan orang sosialis lainnnya seperti J.A. Brandsteder, H.W. Dekker dan P.Bregma berhasil mendirikan indischee Sociaal-demokratische Vereniging (ISDV). Perkembangan ISDV sangat lambat sehingga mereka bersekutu dengan Insulinde, namun tidak memenuhi sasaran dan tujuan dari ISDV sehingga bubar dari Insulinde.

Kemudian mereka bersekutu dengan SI atau sarekat Islam . Sneevliet berhasil menyusup dan melakukan Infiltrasi ke dalam kubu SI dengan cara saling bertukar keanggotaan antara SI dengan ISDV. . Dalam beberapa tahun saja Sneevliet berhasil memberikan pengaruh ke dalam kubu SI.

Langkah selanjutnya pada tahun 1916 Sneevliet menjadikan pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV seperti Semaun dan Darsono.  Semaun berhasil mengembangkan jumlah keanggotaan SI Semarang menjadi 1700  orang pada tahun 1916 dan 20.000 orang setelah setahun setelahnya. Karena Orientasinya yang Marxis di bawah pengaruh ISDV, mereka Berseberangan dengan CSI (Central Sarekat Islam) yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto.

Pada saat Revolusi Bolsyewick di Rusia pada tahun 1917, ISDV telah bersih dari unsur Moderat dan mulai pada sifat yang komunistis. Kemenangan Bolsyewik mendirikan negara komunis mendorong Baars untuk menyerukan negara Hindia Belanda untuk mengikuti jejak yang ada.

Pada Tahun 1917, ISDV mengerahkan pelaut Belanda untuk mengumpulkan 3000 orang untuk melakukan gerakan ISDV. Yaitu demonstrasi. Sehingga memicu bentrokan dengan polisi pemerintah.  Sementara itu  partai moderat mendesak pemerintah agar menggantikan Volksrad dengan parlemen pilihan rakyat.

Krisis tersebut segera mereda setelah Gubernur Jenderal van Limburg stirum menjanjikan akan mengadakan perubahan yang luas. Setelah semua terkendali, pemerintah kolonial segera mengambil tindakan keras. Anggota militer yang indisipliner dihukum berat. Sneevliet diusir, sedangkan Darsono Abdul Muis, dan beberapa pemimpin Indonesia lainnya ditangkap. ISDV pun menjadi Depresi.

Tahun 1919 merupakan tahun yang sulit bagi ISDV. Karena pemimpin mereka banyak yang ditangkap. Disisi lain Pada tahun 1918, Darsono diangkat sebagai propagandis resmi SI dan Semaun diangkat sebagai Komisaris wilayah Jawa Tengah.  Di dalam SI Semaun dan Darsono berupaya untuk meningkatkan pengaruhnya agar SI menjadi lebih radikal.

Social Democratische Arbeideispartij (SDAP) di Belanda mengumumkan dirinya sebagai Partai Komunis Belanda (CPN), para anggota ISDV dari golongan Eropa mengusulkan untuk megnikuti jejak itu. Sehingga pada 23 Mei tahun 1920 ISDV mengubah namanya menjadi Peserikatan Komunis Indonesia Hindia, kemudian pada bulan desember tahun 1920 diubah namanya menjadi Partai Komunis Indonesia.Dalam nama tersebut Semaun menjadi ketua, Darsono sebagai wakil, Bergsma sebagai sekretaris dan Sugono sebagai anggota pengurus.

Komintern didirikan pada tahun 1919 yang pengaruhnya terasa di Indonesia. Komintern banyak sekali terjadi kegagalan  dalam merencanakan program komunisnya di Asia. Sehingga Lenin menyatakan bahwa untuk Asia garis politik komintern harus bekerja sama dengan kaum borjuis nasional (kaum terpelajar yang memimpin pergerakan Nasional) dan menggunakan organisasi rakyat terjajah. Kemudian pada tahun 1920  PKI bergabung dengan Komintern.

Di SI sendiri mulai terjadi perpecahan karena adanya perbedaan tujuan dan taktik perjuangan antara golonangan kiri dan kanan. Pemimpin di golongan kiri adalah Semaun, Alimin dan Darsono. Sedangkan kubu kanan yang berpusat di Yogyakarta dipimpin oleh Abdul Muis, Agus Salim dan Suryoranoto. Golongan kiri kemudian mendirikan Revolutionnaire Vak-centrale (RVC) dan berkedudukan di Semarang.

Di dalam kongres SI tanggal 6-10 Oktober 1921  pertentangan semakin memuncak. Agus Salim dan Abdul Muis mendesak agar segera dilakukan disiplin partai yaitu melarang keanggotaan rangkap. Namun Tan Malaka meminta agar peraturan disiplin partai itu tidak diterapkan bagi PKI karena perjuangan islam sejak awal telah bersama-sama komunis. Maka disiplin partai diterima di dalam kongres dengan suara mayoritas, sehingga langkah awal untuk mengakhiri penyusupan PKI kedalam tubuh SI berhasil.

Pada tahun 1922 terjadi pemogokan secara besar-besaran yang melibatkan PKI dan SI. Sehingga Abdul Muis, tan Malaka dan bergsma ditangkap dan diasingkan sehingga muncul kekosongan kepemimpinan pada tubuh PKI. Semaun segera mengambil alih kepemimpinan dalam PKI. Ia berusaha memperbaiki hubungan dengan SI. Akan tetapi usaha tersebut gagal. Karena pada bulan Februari tahun 1923 di Maidun Cokroaminito mempertegas aturan disiplin Partai.

PKI kemudian menggerakan kubu SI-Merah untuk menandingi SI-Putih yang dipimpin oleh Cokroaminoto. Pada kongres PKI pada bulan Maret tahun 1923 diputuskan untuk mendirikan SI-Merah ditempat yang terdapat SI-Putih. Untuk membedakan dengan lawannya maka golongan kiri dalam SI mengubah namanya menjadi Sarekat Rakyat pada bulan Paril tahun 1924. Mulai saat itu pendidikan komunis dilakukan secara intensif.

PKI tumbuh menjadi partai politik dengan jumlah masa yang besar. Akan tetapi jumlah anggota intinya sedikit sehinggan kurang dapat mengontrol dan menanam disiplin kepada anggotanya. Akibatnya pada akhir tahun 1924 beberapa cabang Sarekat Rakyat di daerah-daerah menjalankan aksi terornya sendiri-sendiri. Hal itu menyebabkan munculnya anti komunis di masyarakat islam dan menimbulkan tindakan tegas dari pemerintah Belanda. Pada Desember 1924 di Yogyakarta para pemimpin PKI berinisiatif untuk melebur sarekat rakyat dalam PKI.

PKI telah menempatkan diri sebagai partai yang besar sehingga PKI merasa kuat untuk melakukan pemberontakan pada tahun 1926. Pemberontakan dirancang oleh Sarjono, Budi Suciarto dan  Sugono.
Tokoh lain seperti Tan Malaka tidak menyetujui pemberintakan tersebut, namun Alimin dan kawan-kawannya tetap meneruskan persiapan tersebut.

Pemberontaan meletus pada bulan November 1926 di Batavia. Disusul tindak kekerasan di Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur. Dalam satu hari pemberontakan di Batavia dapat diredam dan dalam satu m minggu pemberontakan di seluruh jawa dapat dihentikan. Di sumatra, pemberontakan meletus pada  tanggal 1 Januari tahun 1927, namun dalam  tiga hari pemberontakan ini dapat dihentikan. Akhirnya puluhan ribu pengikut PKI ditangkap dan dipenjarakan. Ada juga yang dibuang ke daerah lain seperti Papua, Tanah Merah dan Digul Atas. Sejak pemberontakan itu, organisasi pergerakan nasional Indonesia merasakan akibatnya. Mereka mengalami penindasan oleh pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak dapat bergerak.

Hampir sepuluh tahun kemudian komintern mengirimkan Musso pada bulan paril 1935. Dengan bantuan Joko Sujono, Pamuji dan Achmad Sumadi mendirikan PKI Illegal. Musso dikirimkan untuk menjalankan kebijakan baru yang bernama Doktrin Dmitrov. Georgi Dmitrov adalah sekretaris jenderal Komintern tahun 1935-1945. Isi doktrin adalah gerakan komunis harus bekerja sama dengan kekuatan manapun juga. Sehubungan dengan doktrin tersebut, Musso beranggapan bahwa pemerintah kolonial dapat melunakan sikapnya terhadap kaum Komunis Indonesia. Tetapi harapan itu tidak terealisasi sampai Jepang datang ke Indonesia.  Bahkan, pada tahun 1936 Musso sudah meninggalkan indonesia lagi. Akhirnya kegiatan komunis Indonesia kemudian disalurkan melalui Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin.



Ringkasan PKI
Partai Komunis Indonesia. Hingga 1923 bernama  Perserikatan Komunis di Hindia. Organisasi ini dipimpin oleh Semaun, Darsono Bergsma dan H.W Dekker yang dibentuk pada tahun 1920 dengan jalan mereorganisasikan Indische Sociaal Democratische Vereniging (ISDV). Akhir Desember 1920 bergabung dengan Komintern untuk melaksanakan aksi revolusioner dengan mengadakan pemogokan, agitasi dan sebagainya. Melakukan agitasi pada tahun 1923 dalam sarekat islam, sarekat Islam Merah Sarekat Rakyat dan Lain-lain. Pada 1926 PKI mengadakan pemberontakan pada pemerintah kolonial Belanda, tetapi gagal. Selanjutnya PKI dilarang. Setelah 1926-1927 PKI hanya bergerak dibawah tanah. Pada tahun 1935 didirikan PKI Illegal yang didirikan oleh Musso.

Sumber: Ensiklopedi Indonesia, Buku Sejarah 2 SMA kelas XI program IPA Penertbit Yudhistira.
Continue reading →
Rabu, Maret 7

Musik Klasik IV

0 komentar

Ini terusan dari edisi sebelumnya. Mengingatkan saja agar menggunakan musik klasik sesuai dengan yang telah ditentukan.
Berikut merupakan daftar musik klasik yang biasa digunakan. Musik-musik klasik tidak dapat digunakan setiap waktu. Tiap musik memiliki jadwal pemutarannya. Tergantung pada kondisi tubuh kita. Jadi cermat-cermat menggunakan musik klasik. Salah-salah malah gak dapat yang diinginkan.
Selamat Menikmati!!!
Untuk Murid SD dan SMP
  • Albinoni Adagio
  • J.S Bach The Brandenburg Concertos
  • Air on a G string
  • Beethoven Piano Concerto No.5 .”Emperor”
  • SymPhony No.6 “Pastoral”
  • Symphony No.7
  • Brahms Violin Concerto
  • Piano Concerto No. 2
  • Copland Appalachian Spring
  • Corelli Concerti Grossi
  • Debussy Prelude to The Afternoon with a Faun
  • La Mer
  • Sacred and Profane Pances
  • Grofe Grand Canyon Suite
  • Handel Water Music
  • Haydn Symphony No. 82 in C Major
  • Symphony No. 101 in D Major.”the Clock”
  • Humperdinck Children's Prayer, Hansel and Gretel
  • Mendelssohn Midsummer Night's Dream
  • Mozart Eine Kleine Nachtmusik
  • Violin Concerto No.5 in A major
  • Concerto for Flute and Harp
  • Symphony no. 35
  • Concerto No. 23 In A Major
  • Pachelbel Conon In D
  • Respighi Pines of Rome
  • The Birds
  • Rodrigo Concirto de Aranjuez
  • Saint-Soens Carnival of The animal
  • Tchaikovsky Violin Concerto in D Major
  • Waltz From Sleeping Beauty, Swan lake
  • Nutracker Suite
  • Telemann Flute Concertos
  • Concero for The Violins and Orchestra
  • Vaughan Williams Greensleeves
  • The Lark Ascending
  • Vivaldi The Four Seasons
  • Flute Concertos 
Untuk Murid SMU dan Mahasiswa
  • Albinoni Adagio
  • J.S Bach Brandenburg Concertos
  • Orchestral Suite No.3
  • Flute Sonatas
  • Beethoven Violin Concerto
  • Piano Concerto No.5 “Emperor”
  • Symphony no.6 ,”Pastoral”
  • Brahms Piano Concerto No.2
  • Violin Concerto
  • Dvorak Symphony No. 9.”New World”
  • Handel Water Music
  • Royal Fireworks Music
  • Haydn Trumpet Concerto in E Flat Major
  • Symphony in G major
  • Holst The Planets
  • Mendelssohn Italian Symphony
  • Mozart Symphony No. 40 in G Minor
  • Symphony No. 41 in C .”Jupiter”
  • Violin Concert No. 5 in A major
  • Pachelbel Canon in D
  • Rodrigo Concierto de Aranjuez
  • Smetana The Moldau
  • R. Strauss Also Sprach Zarathustra
  • The Hero's life-”Ein Heldenleben”
  • Vivaldi The Four Seasons
  • Flute Concertos
  • Violin concertos
  • Wagner Ride of Valkyries


Nantikan edisi yang lainnya yaa..... !!!

Continue reading →
Sabtu, Maret 3

Musik Klasik III

0 komentar

Ini terusan dari edisi sebelumnya. Mengingatkan saja agar menggunakan musik klasik sesuai dengan yang telah ditentukan.
Berikut merupakan daftar musik klasik yang biasa digunakan. Musik-musik klasik tidak dapat digunakan setiap waktu. Tiap musik memiliki jadwal pemutarannya. Tergantung pada kondisi tubuh kita. Jadi cermat-cermat menggunakan musik klasik. Salah-salah malah gak dapat yang diinginkan.
Selamat Menikmati!!!
Bayi dalam kandungan
  • J.S Bach Flute Sonatas
  • Beethoven Piano Concerto No. 5 (movement kedua)
  • Brahms Lullaby
  • Humperdinck “Children's Prayer” from Hansel and Greetel
  • Mozart Concerto for flute and Harp
  • Sinfonia concertante
  • Violin Concerto No. 5 in A Major
  • vivaldi The Four Seasons
  • Flute Concertos
  • Violin Concertos

Anak Hiperaktif dan terganggu
  • J.S Bach Air on a G string
  • Arioso From Cantata No. 156
  • The Brandenburg Concertos
  • Brahms Violin Concerto

Dan nantikan musik klasik yang lain... 
Continue reading →

Labels